Kamis, 26 September 2019

Hot melihat meki Tante Cantik bikin kontol ku ngaceng


Cerita Dewasa69 -  Sebelum aku menulis isi dari cerita ini, aku akan memberikan gambaran sekilas tentang tanteku ini, Tingginya sekitar 167-an, lingkar dadanya sekitar 34-an, pinggulnya 32-an, aku menambahkan “an” karena aku kurang tahu pasti besar masing-masing bagian tubuhnya itu.

Kejadian itu terjadi di Denpasar Bali, tahun 1998, aku waktu itu kelas 3 SMU di salah satu SMU di Denpasar. Tapi sekarang aku kuliah di Jakarta di salah satu kampus yang tidak begitu terkenal di Jakarta. Aku memang sudah lama sekali sangat menginginkan tubuh tanteku itu, tapi butuh penantian yang lama, kira-kira sejak aku SMP. Mulailah kuceritakan isinya. Waktu itu sekitar jam 12.30 WITA, matahari benar-benar panasnya minta ampun, terus motorku endut-endutan. Wahhh! benar-benar reseh dah.

Tapi akhirnya aku sampai di kost-kostan, langsung saja aku ganti baju, terus sambil minum air Aqua, wuahhh, segar tenan rek. Lalu tiba-tiba belum kurebahkan badan untuk istirahat handphone-ku bunyi, ternyata dari tanteku, lalu kujawab,
“Halo Tan, ada apa?”
“Kamu cepet dateng ya!” ucap tanteku.
“Sekarang?” tanyaku lagi.
“La iya-ya, masa besok, cepet yah!” ujar tanteku.
Lalu aku bergegas datang ke rumah tanteku itu.

Sesampainya di sana, kulihat rumahnya kok sepi, tidak seperti biasanya (biasanya ramai sekali), lalu kugedor pintu rumah tanteku. Tiba-tiba tanteku langsung teriak dari dalam. “Masuk aja Wa!” teriak tanteku. Oh ya, namaku Dewa. Lalu aku masuk langsung ke ruang TV. Terus aku tanya,
“Tante dimana sih?” tanyaku dengan nada agak keras.
“Lagi di kamar mandi, bentar ya Wa!” sahut tanteku.
Sambil menunggu tanteku mandi aku langsung menghidupkan VCD yang ada di bawah TV, dan menonton film yang ada di situ. Tidak lama kemudian tanteku selesai mandi lalu menghampiri aku di ruang TV. Oh my god! Tanteku memakai daster tipis tapi tidak transparan sih, tapi cetakan tubuhnya itu loh, wuiiihhh! Tapi perlu pembaca ketahui di keluargaku terutama tante-tanteku kalau lagi di rumah pakaiannya seksi-seksi.


Aku lanjutkan, lalu dia menegurku.
“Sorry ya Wa, Tante lama.”
“Oh, nggak papa Tante!” ujarku rada menahan birahi yang mulai naik.
“Oom kemana Tante?” tanyaku.
“Loh Oom kamu kan lagi ke Singaraja (salah satu kota di Bali),” jawab tanteku.
“Memangnya kamu nggak di kasih tau kalo di Singaraja ada orang nikah?” tanya tanteku lagi.
“Wah nggak tau Tante, Dewa sibuk sih,” jawabku.
“Eh Wa, kamu nggak usah tidur di kos-an yah, temenin Tante di sini, soalnya Tante takut kalo sendiri, ya Wa?” tanya tanteku sedikit merayu.

Wow, mimpi apa aku semalam kok tanteku mengajak tidur di rumahnya, tidak biasanya, pikirku.
“Tante kok nggak ikut?” tanyaku memancing.
“Males Wa,” jawab tanteku enteng.
“Ooo, ya udah, terus Dewa tidur dimana Tan?” tanyaku lagi.
“Mmm… di kamar Tante aja, biar kita bisa ngobrol sambil nonton film, di kamar Tante ada film baru tuh!” ujar tanteku.
Oh god! what a miracle it this. Gila aku tidak menyangka aku bisa tidur sekamar, satu tempat tidur lagi, pikirku.
“Oke deh!” sahutku dengan girang.

Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan pukul enam sore.
“Waaa…! Dewaaa…! udah mandi belum?” teriak tanteku memanggil.
“Bentar Tan!” jawabku.

Memang saat itu aku sedang membersihkan motor, melap motor adalah kebiasaanku, karena aku berprinsip kalau motor bersih terawat harga jualnya pasti tinggi. Pada saat itu pikiran kotorku dalam sekejap hilang. Setelah melap motor, aku bergegas mandi. Di kamar mandi tiba-tiba pikiran kotorku muncul lagi, aku berpikir dan mengkhayalkan kemaluan tanteku, “Gimana rasanya ya?” khayalku.

Terus aku berusaha menghilangkan lagi pikiran itu, tapi kok tidak bisa-bisa. Akhirnya aku mengambil keputusan dari pada nafsuku kupendam terus entar aku macam-macam, wah pokoknya bisa gawat. Akhirnya aku onani di kamar mandi. Pas waktu di puncak-puncaknya aku onani, tiba-tiba pintu kamar mandi ada yang mengetuk. Kontan saja aku kaget, ternyata yang masuk itu adalah tanteku. Mana pas bugil, sedang tegang lagi kemaluanku, wah gawat!

“Sibuk ya Wa?” tanya tanteku sambil senyum manja.
“Eh… mmm… so… so… sorry Tan, lupa ngunci,” jawabku gugup.
Tapi sebenarnya aku bangga, bisa menunjukkan batang kemaluanku pada tanteku. Panjang batang kemaluanku pas keadaan puncak bisa mencapai 15 cm, pokoknya “international size” deh.
“Oh nggak papa, cepetan deh mandinya, terus langsung ke kamar ya, ada yang pengen Tante omongin.”
“Oh my god, marah deh Tante, wah gawat nih,” pikirku.
Lalu aku cepat-cepat mandi, terus berpakaian di dalam kamar mandi juga, tidak sempat deh melanjutkan onani, padahal sudah di puncak.

Setibanya di kamar tanteku, aku melihat tante memakai celana pendek, sangat pendek, ketat, pokoknya seksi sekali, terus aku bertanya,
“Ada apa Tan, kayaknya gawat banget sih?” tanyaku takut-takut sambil duduk di atas tempat tidur.
“Enggak, Tante pengen cerita, tentang Oom-mu itu lho,” ujar tanteku.
“Emangnya Oom kenapa Tan?” tanyaku lagi.
Dalam hatiku sebenarnya aku sudah tahu oom itu orangnya agak lemah, jadi aku berharap tante menawarkan kemaluannya padaku. Dengan seksama aku medengarkan cerita tanteku itu.

“Sebenernya Tante nggak begitu bahagia sama Oom-mu itu, tapi dibilang nggak bahagia nggak juga, sebabnya Oom-mu itu orangnya setia, tanggung jawab, dan pengertian, yang bikin Tante ngomong bahwa Tante nggak bahagia itu adalah masalah urusan ranjang,” ujar tanteku panjang lebar.
“Maksud Tante?” tanyaku lagi.
“Ya ampun, masih nggak ngerti juga, maksud Tante, Oom-mu itu kalo diajak begituan suka cepet nge-down, nah ngertikan?” tanya tanteku meyakinkan aku.
“Ooo…” ucapku pura-pura tidak mengerti.
“Mmm… Wa, mau nggak nolongin Tante?” tanya tanteku dengan nada memelas.
“Bantu apa Tan?” tanyaku lagi.
“Kan hari ini sepi, terus Oom-mu kan nggak ada, juga sekarang Tante lagi terangsang nih, mau nggak kamu main sama Tante?” tanya tanteku sembari mendekatkan tubuhnya kepadaku.

Gila! Ternyata benar juga yang aku khayalkan, Tanteku minta! Cihui! ups tapi jangan sampai aku terlihat nafsu juga, pikirku dalam-dalam.
“Tapi Dewa takut Tante, nanti ada yang ngeliat gimana?” ucapku polos.
“Loh…! kan kamu ngeliat sendiri, emang di sini ada siapa? kan nggak ada siapa-siapa,” jawab tanteku meyakinkan.
“Ya udah deh,” ujar tanteku sambil memulai dengan menempelkan tangannya ke kemaluanku yang sebenarnya sudah menegang dari tadi.
“Wow… gede juga ya! Buka dong celanamu Wa!” ujar tanteku mesra.
Lalu kubuka celanaku dengan cepat-cepat, dengan cepat pula tanteku memegang kemaluanku yang sudah over size itu. Sambil mengocok batang kemaluanku dengan tangan kirinya, tangan kanan tanteku memegang payudaranya dan mengeluarkan bunyi-bunyi yang merangsang. “Emf… ehm… mmm… gede banget kemaluanmu Wa!” ujar tanteku.

Aku tidak terlalu mendengarkan omongan tanteku, soalnya aku sudah “over” sekali. Lalu tanteku mulai menempelkan kemaluanku ke mulutnya, dan dengan seketika sudah dilumatnya batang kemaluanku itu.
“Oh God! Eh… eh… ehm… e… nak… Tante… terus Tan…!” ujarku merasakan nikmatnya kuluman tanteku itu. Tanteku lalu merebahkan tubuhku di atas ranjangnya, lalu dengan ganas ia menyedot batang kemaluanku itu, lalu ia memutar tubuhnya dan meletakkan liang kemaluannya di atas mukaku tanpa melepaskan kemaluanku dari mulutnya. Dengan sigap aku langsung menjilat liang kemaluan tanteku. Merasakan itu tanteku mengerang keenakan. “Aaah… Wa… enak… terus Wa… terus jilat…!” erang tanteku keras-keras. Mendengar itu, nafsuku makin bertambah, dengan nafsu yang menggebu jilatan ke kemaluannya kutingkatkan lagi, dan akibatnya tanteku mengalami orgasme yang dahsyat, sampai-sampai mukaku kena semprotan cairan kewanitaannya. “Oh Dewa… Tante sayang kamu… uh… ka.. ka… mu ponakan Tante paling… heee… bat… aaah,” puji tanteku sambil mengerang merasakan nikmat.

Aku merasa bangga karena aku masih bertahan, lalu aku membalikkan tubuh tanteku sehingga ia terlentang. Kuangkat kedua kakinya sehingga terpampanglah liang kemaluannya berwarna pink merekah. Sebelum aku mulai menu utamanya, pertama aku melucuti pakaiannya terlebih dahulu, setelah terbuka, aku mulai memainkan mulutku di puting payudaranya, dan kemaluanku yang telah “over” tadi kuletakkan di atas perutnya sambil menggesek-gesekkannya. Perlahan aku menciumi tubuh tanteku dengan arah menurun, mulai dari puting terus ke perut lalu ke paha sampai akhirnya tiba di bibir kemaluannya. Dengan penuh nafsu aku menjilat, menyedot, sampai menggigit saking gemasnya, dan rupanya tanteku akan mengalami orgasmenya lagi. “Ooohh… Waaa… Tante mau keee… luuu.. aar! Aaah…!” erang tanteku lagi sambil menjambak rambut kepalaku sehingga wajahku terbenam di kemaluannya. “Wa, udah ah, Tante nggak kuat lagi, Oom-mu mana bisa kayak gini, udah deh Wa, lansung aja tante pengen langsung ngerasain itu-mu.”

Tubuhnya kutopang dengan tangan kiri, sementara tangan kiri membimbing batang kemaluanku mencari sarangnya. Melihatku kesulitan mencari liang kemaluan tanteku, akhirnya tanteku yang membimbing untuk memasukkan batang kemaluaku ke liang kemaluannya. Setelah menempel di lubangnya, perlahan kudorong masuk batang kemaluanku, dorongan itu diiringi dengan desahan tanteku. “Egghmm… terus Waa… pelan tapi terus Wa… egghhmm…!” desahan tanteku begitu merangsang. Aku sebenarnya tidak senang dengan permainan yang perlahan. Akhirnya dengan tiba-tiba dorongan batang kemaluanku, kukeraskan sehingga tanteku teriak kesakitan. “Aaahh… Waaa.. saaakitt… pelan-pelan… aargghhh…” teriak tanteku menahan sakitnya itu. Dan tidak percuma, batang kemaluanku langsung terbenam di dalam liang kehormatannya itu. Setelah itu batang kemaluanku, aku maju-mundurkan perlahan, untuk mencari kenikmatan.

Dengan gerakan perlahan itu akhirnya tanteku menikmati kembali permainan itu. “Ah… uh… terus Wa… enak sekali… itu-mu gede sekali… eggghh… lebih enak dari Oom-mu itu… terus Waaa…” erang tanteku keenakan. Lalu lama-lama aku mulai mempercepat gerakan maju-mundur, dan itu mendapat reaksi yang dahsyat dari tanteku, ia juga mulai memainkan pinggulnya, hingga terasa batang kemaluanku mulai berdenyut,
“Tan… saya mauuu… kelu… arrr… nih…!”
“Di dalam aja Waaa… Tante… juugaa… mauuu keeluaaarr… aaarrgghh…!”
Akhirnya kami keluar bersama-sama, kira-kira enam kali semprotan aku mengeluarkan sperma. Aaahh… begitu nikmatnya.

Setelah itu kucabut batang kemaluanku dari liang kemaluan tanteku, terus kuberikan ke mulut tanteku untuk dibersihkan. Dengan ganas tanteku menjilati spermaku yang masih ada di kepala kemaluanku hingga bersih. Setelah itu tanteku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, dan aku tetap berada di kamar, tiduran melepas lelah. Setelah tanteku selesai membersihkan diri, ia kembali ke kamar dan segera mencium bibirku, lalu ia bilang bahwa selama oom-ku di Singaraja, aku diharuskan tinggal di rumah tanteku dan aku jelas mengiyakan. Lalu tante juga bertanya apakah keadaan kostku bebas, maka kujawab iya. Lalu tante bilang bahwa kalau misalnya oom-ku ada di rumah, terus tanteku ingin main denganku, tanteku akan mencariku ke kost, aku hanya manggut-manggut senang saja.

Cerita hot berhijab tapi doyan kontol tetangga


Cerita Dewasa69 -   Nasib itu ada di tangan Tuhan, Seringkali aku memikirkan kalimat ini, Rasanya ada benarnya juga, Tapi apakah ini nasib yg digariskan Tuhan aku tidak tau mungkin lebih tepat ini adalah godaan dari setan.

Seperti pagi ini ketika di dalam bus menuju ke kantor aku duduk di sebelah cewek cantik dengan jilbab dengan tinggi 150 cm, umur sekitar 27 tahun, bertubuh sekal dan berkulit putih (keliatan dari kulit wajah dan telapak tangannya).

Mula-mula aku tidak perduli karena hobiku untuk tidur di bis sangat kuat namun hobi itu lenyap seketika ketika cewek berjilbab di sebelahku menarik tas dipangkuannya untuk mengambil hp-nya yg berdering. Sepasang paha montok tercetak jelas dari rok biru tua panjang nan ketat yang dipakainya.

 Pemandangan itu cukup menarik sehingga menggugah seleraku menjadi bangkit. Aku lantas mencari akal bagaimana memancing percakapan dan mencari informasi. Sepertinya sudah alamnya ketika kita kepepet seringkali ada ide yg keluar. Saat itu setelah dia selesai menelefon tiba-tiba mulutku sudah meluncur ucapan ,”Wachhh… hobinya sama juga yach !”. Sejenak dia memandangku bingung, mungkin berpikir orang ini sok akrab banget sich.”Hobi apaan ?” tanyanya. “Itu nitip absen”, sahutku dan dia tertawa kecil. “Tau aja kamu. Dasar tukang nguping”, sahutnya.Akhirnya obrolan bergulir.

 Selama percakapan aku tidak menanyakan nama, pekerjaan maupun teleponnya, tapi lebih banyak cerita lucu. Sampai akhirnya dia ngomong “kamu lucu juga yach.., nggak kaya cowok yang laen.””Maksud kamu ?” tanyaku lagi.”Biasanya mereka baru ngobrol sebentar udah nanya nama terus minta nomor telepon.” Setelah itu kami saling berkenalan. Perempuan muda  berjilbab bernama Siti Fathiya, biasa dipanggil Tia. Obrolan terus berlanjut sampe dia turun di Thamrin dan aku terus ke kota.

 Dua hari kemudian aku bertemu dia lagi. Cewek manis berjilbab itu menghampiriku dan duduk disebelahku sambil bercerita bahwa teman-temannya penasaran karena dia hari itu punya banyak cerita konyol. Pagi itu kami menjadi lebih akrab. Sambil bercanda tiba-tiba dia berkata :”Kamu pasti suka maen cewek yach, soalnya kamu jago ngobrol banget. Pasti banyak cewek di bis ini yang kamu pacarin.”Sumpah mati aku kaget sekali denger omongan dia.

 Kayanya maksud aku buat kencan ama dia udah ketauan. Akhirnya karena udah nanggung aku ceritain aja ke dia kalo aku sudah beristri dan punya anak. Ech rupanya dia biasa aja, justru aku yang jadi kaget karena ternyata dia sudah nggak perawan lagi karena pernah MBA waktu lulus sekolah dulu. Sekarang dia sudah bercerai. Wuichhh, nggak nyangka banget kalo doi ternyata janda muda. Selanjutnya sudah bisa ditebak. Obrolan sudah lebih ringan arahnya. Akupun mulai memancing obrolan ke arah yang menjurus sex. Keakraban dan keterbukaan ke arah sex sudah di depan mata.


Sampai suatu sore setelah dua bulan perkenalan, kami janjian pulang bareng. Hari itu dia mengenakan jilbab merah muda sewarna dengan hem dan rok panjangnya. Posisi duduk kami sudah akrab dan menempel. Bahkan Tia tidak sungkan lagi mencubit aku setiap dia menahan tawa atau tidak tahan aku goda.

 Beberapa kali ketika dia mencubit aku tahan tangannya dan dia tampaknya tidak keberatan ketika akhirnya tangan kirinya aku tumpangkan di pahaku dan aku elus-elus lengannya yang tertutup hem lengan panjangnya sambil terus ngobrol. Akhirnya dia sadar dan berbisik, “Wachh, kok betah banget ngelus tanganku, entar lengan bajuku jadi kusut lho. “Habis gemes ngeliat muka manis kamu, apalagi bibir tipis kamu,” sahutku sambil nyengir. “Dasar gila kamu,” katanya sambil menyubit pahaku.Serrrrrr…, pahaku berdesir dan si junior langsung bergerak memanjang.

Aku lihat bangku sekelilingku sudah kosong sementara suasana gelap malam membuat suasana di dalam bis agak remang-remang. Aku angkat tangan kirinya dan aku kecup lembut punggung jarinya. Janda muda berjilbab itu hanya tersenyum dan mempererat genggaman tangannya. Akhhhhh… sudah ada lampu hijau pikirku. Akhirnya aku teruskan ciuman pada punggung jarinya menjadi gigitan kecil dan hisapan lembut dan kuat pada ujung jarinya. Tampaknya dia menikmati sensasi hisapan di jarinya.

 Wajahnya yang dihiasi jilbab itu tampak sendu terlihat cantik sekali. Dan akhirnya dia menyender ke samping pundakku. Ketika bis memasuki jalan tol, aktivitas kami meningkat. Tangan kananku sudah mengusap payudaranya yang putih berukuran 36 B dari luar kemeja merah mudanya.

 Terasa padat dan kenyal. Lalu perlahan jemariku membuka kancing kemejanya satu persatu dan menyusup kedalam BH miliknya. Putingnya semakin lama semakin mengeras dan terasa bertambah panjang beberapa mili. Sementara itu tangannya juga tidak tinggal diam mulai mengelus-ngelus penisku dari luar. Setelah beberapa menit kemudian tiba-tiba sikapnya berubah menjadi liar dan agresif.

 Dia tarik ritsletingku dan terus merogoh dan meremas penisku yang sudah tegang. Tanganku yang di dada ditarik dan diarah kan ke selangkangannya. Aku tidak dapat berbuat banyak karena posisinya tidak menguntungkan sehingga hanya bisa mengelus paha dari luar rok panjangnya saja. Aktifitas kami terhenti kala hampir tiba di tujuan. Dan dengan nafas yang masih tersengal-sengal menahan birahi kami merapikan pakaian masing-masing. Turun dari bis aku bilang mau anter dia sampai dekat rumahnya.

 Aku tau kita bakal melewati pinggir jalan tol. Daerah itu sepi dan aku sudah merencanakan untuk menyalurkan hasratku di daerah itu. Tampaknya janda muda berjilbab itu juga memiliki hasrat yang sama. Ketika berjalan, tangan kirikuku merangkul sambil mengelus payudaranya dari luar hem merah muda lengan panjang yang dikenakannya.

 Dan ketika kita melewati jalan yang sepi tersebut secepat kilat tangan kananku meraih kepalanya yang dibalut jilbab merah muda model modis dan langsung mencium dan melumat bibir tipisnya itu. Dengan cepat pula cewek berjilbab itu menyambut bibirku, menghisap dan menyedotnya. Tangannya langsung beraksi menurunkan ritsleting celanaku dan aku sendiri langsung mengangkat rok panjang model ketat miliknya. Rrrretttttt… aku tarik kasar cdnya…, jariku langsung menyelusup masuk ke vaginanya terasa hangat dan licin. Rupanya dia sangat terangsang sejak di bis tadi

. Di tengah deru nafasnya Tia berdesah : “Ayo mas… masukin aja… aku kepengen banget nech. Hhhhhh…””Sebentar sayang”, sahutku, “Kita cari tempat yang aman.”Aku tarik dia melewati pagar pengaman tol dan ditengah rimbun pohon aku senderkan dia dan setelah menarik rok panjang model ketatnya itu sampai sepinggang Lalu buru-buru kuloloskan celana dalamnya kemudian kuangkat kaki kanannya. Sengaja celana dalamnya kusangkutkan di pergelangan kakai kanan yang kuangkat itu biar celana dalamnya tidak kotor menyentuh tanah.

 Dengan bernafsu aku buka celanaku dan megarahkan penisku ke vaginanya tapi cukup sulit juga. Akhirnya dia menuntun penisku memasuki vaginanya. ?Emmhhh…!?, kepala janda muda berjilbab merah muda itu mendongak sembari melenguh tatkala ujung penisku mulai penetrasi kedalam vaginanya. Luar biasa, itulah sensasi yang aku rasakan ketika penisku mulai menyeruak memasuki vaginanya yang sudah dibasahi cairan nafsu.

Ditengah deru mobil yang melintasi jalan tol aku memompa pantatku dengan gerakan pelan dan menghentak pada saat mencapai pangkal penisku. Tia menyambut dengan menggigit pundakku setiap aku menghentak penisku masuk kedalam vaginanya. “Ooochhhh… auchhhh… Masssss… oochhh…”, desahnya. Birahi dan ketegangan bercampur aduk dalam hatiku ketika terdengar suara orang melintasi jalan dibalik pagar. Namun lokasi kami cukup aman karena gelapnya malam dan terlindung pohon yang cukup lebat.

Bahkan mungkin orang yang berjalan itu tidak akan berpikir ada sepasang manusia yang cukup gila untuk ber cinta di pinggir jalan tol tersebut. “Gantian mas… aku cape”, katanya. Aku lantas duduk menyandar dan perempuan muda berjilbab merah muda itu memegang rok panjang yang kusingkap tadi agar tidak jatuh kebawah. Kemudian Tia mulai berjongkok mengarahkan vaginanya.

 Ketika penisku kembali menyeruak diantara daging lembut vaginanya yang sudah licin, sensasi itu kembali menerpa diriku. Sambil memegang bahuku, dia mulai menekan pantatnya dan menggerakan pinggulnya dengan cara menggesek perlahan, maju mundur sambil sesekali memutar. Kenikmatan itu kembali mendera dan semakin tinggi intensitasnya ketika aku membantu dengan menekan keatas pinggulku sambil menarik pantatnya. Desahan suaranya makin keras setiap kali kemaluan kami bergesekan, “uchhhhh… ssshhh… uchhhhh…”. Mataku sendiri terpejam menikmati rasa yang tercipta dari pergesekan bulu kemaluan kami sambil terus menggerakkan pinggul mengimbangi gerakannya.”Terus sayang… ayo terus”, desahku. Keringat sudah membasahi punggungnya dan gerakan kami sudah mulai melambat namun tekanan semakin ditingkatkan untuk mengimbangi rasa nikmat yang menjalar disekujur tubuh kami dan terus bergerak ke arah pinggul kami, berkumpul dan berpusar di ujung kemaluan kami.

 Berdenyut dan ujung penisku mulai siap meledak, sementara perempuan berjilbab ini mulai mengerang sambil menjepitkan vaginanya lebih keras lagi. “Hegghhhhhh… hhhegghhhh… heghhh… terus mas… sodok… sodok terussss… mas… yachhh… disitu… terus… terussss… ooocchhhhhhh”, dengan desahan panjang sambil mendongakkan kepalanya yang terbungkus jilbab, Tia menekan dan menjepit keras penisku sementara vaginanya terus berdenyut-denyut. ?Mass…mmhh…oouuccchh…?, pekiknya tertahan sembari menundukkan kepalanya yang berjilbab itu tatkala mencapai puncaknya.

Aku hanya bisa terdiam sambil memeluk tubuhnya menunggu dia selesai orgasme. Ketika jepitannya mulai mengendur aku langsung bereaksi meneruskan rasa yang tertunda itu, tanpa basa basi rasa nikmat itu mulai menerjang kembali, berkumpul dan meledak menyemburkan cairan kenikmatanku ke dalam vaginanya. Aku sodokan penisku sambil menekan pinggulnya sementara kakiku mengejang menikmati aliran rasa yang menerjang keluar dari tubuhku itu.

 Setelah beristirahat beberapa menit kami saling memandang… akhirnya tersenyum dan tertawa.”Kamu memang bener-bener gila, tapi jujur aku sangat menyukai bercinta dengan cara seperti ini. Aku belum pernah senikmat ini bercinta.” akunya. “He.. he.. he.. sama donk”, kataku sambil mengecup bibir sang janda muda berjilbab yang tipis itu sementara kemaluanku mulai mengendur di dalam vaginanya. Setelah itu kami merapikan pakaian masing dan berjanji untuk mengarungi kenikmatan seks ini untuk hari-hari mendatang.


Rabu, 25 September 2019

Cerita  Sex aku Ngewe Dengan Mertuaku


Cerita Dewasa69 - Aku seorang isteri muda umur 23 tahun. Sudah 2 tahun aku berkahwin dengan seorang lelaki yang bernama Azman. Azman bekerja sebagai penyelia syarikat dan sentiasa bekerja di berbagai cawangan. Mungkin kerana kesibukannya kami belum lagi dikurnia cahaya mata.
Aku sering keseorangan di rumah. Bapa mertuaku yang tinggal seorang diri sejak kematian ibu mertuaku sering mengunjungi rumahku. Kebiasaannya dia datang semasa suamiku di rumah. Pada suatu petang bapa mertuaku berkunjung semasa Azman pergi outstation.

“Bapa saja nak tengok kaulah Lia, kalau sunyi boleh bapa temankan,” jawab bapa mertuaku.

Selepas makan malam bapa mertuaku berehat di ruang tamu. Waktu itu bapa mertuaku memakai kain sarung saja. Oleh kerana keadaan bilik agak panas kipas angin dipasang laju. Aku diajaknya berbual-bual. Sebagai menantu yang baik aku melayan bapa mertuaku berbual. Sambil berbual-bual terselak kain bapa mertuaku kerana ditiup angin dari kipas yang laju. Aku ternampak balak bapa mertuaku terpacak keras di celah paha. Tak kusangka sama sekali..! Dalam hidupku, tak pernah kulihat balak yang sebegitu besar saiznya. Aku hanya biasa melihat balak suamiku yang bersaiz kecil

Bapa mertuaku buat-buat tak tahu saja. Balak bapa mertuaku nampaknya berada di dalam keadaan yang sungguh tegang. Spontan saja cipapku mengemut dan nafsuku bangkit. Lebih lebih lagi aku baru saja bersih dari haid dan tak sempat didatangi oleh suami ku. Jika bersama pun suamiku tidak memberi perhatian kepada hubungan kami. Di fikirannya hanya kerja. Terasa mendidih darahku pada waktu itu. Bagai gunung berapi yang siap sedia memuntahkan lahar panasnya.

Aku rasa balak bapa mertuaku jadi tegang sebab dia asyik perhatikan pakaianku. Aku hanya mengenakan pakaian gaun malam tanpa apa-apa pun di dalam, maklumlah cuaca begitu panas. Sebenarnya telah menjadi kebiasaanku bila mengenakan gaun malam aku tidak memakai bra dan seluar dalam. Memang kebiasaanku bila berada di rumah bersama suamiku. Aku terlupa bahawa yang bersamaku kali ini adalah mertuaku bukan suamiku. Saiz buah dadaku yang berukuran 36 B sudah pasti telah mencuit hati mertuaku. Patutlah semasa aku menghidangkan makanan, bapa mertua asyik merenung lurah bukit kembarku yang agak terdedah kerana leher gaun yang kupakai agak luas.


Kerana tidak dapat menahan nafsu, aku terus menuju ke bilikku dan meninggalkan bapa mertua di ruang tamu untuk menonton berita perdana di TV. Desakan nafsuku yang meluap-luap itu telah menyebabkan aku terkocoh-kocoh mengejar tilam untuk segera melayan denyutan cipapku. Setiba di dalam bilik, aku pun menghumbankan badan ke katil dan terus menyelak gaun tidur. Bahagian bawahku terdedah tanpa seurat benang.

Aku mengangkang seluas yang mungkin dan mulalah bermain dengan biji kelentitku. Alangkah bahagianya kalau Azman mempunyai konek besar seperti kepunyaan bapa mertuaku. Aku terus leka dibuai khayalan yang sebegitu rupa. Sambil menjolok jariku ke dalam gua keramatku aku membayangkan batang balak yang besar berurat-urat sedang keluar masuk menujah taman laranganku. Kupejam mataku sambil melayan imaginasi seksku. Kurapatkan kedua-dua pahaku dengan jariku masih tetap di dalam lubang cipapku. Kubelai kelentitku dan kuraba-raba mesra. Terasa cairan hangat meleleh keluar membasahi lurah merkahku. Sungguh enak dan lazat kurasa.

Rupa-rupanya pintu bilik ku tadi bukan saja tidak kukunci malahan ianya ternganga luas. Tanpa kusedari, bapa mertuaku telah mengekoriku ke bilik. Ketika aku sedang leka melayani runtunan nafsu, dia dengan jelasnya dapat menonton segala tingkah lakuku. Berderau darahku melihat bapa mertuaku sedang berdiri di muka pintu. Sesosok tubuh lelaki tua yang berkulit hitam legam sedang bertelanjang bulat di situ. Batang balaknya yang juga hitam legam itu terpacak keras berurat-urat. Bulu-bulu yang sudah mulai memutih kusut masai seperti tak terurus. Tangan kanannya sedang kemas menggenggam balaknya yang sudah keras terpacak. Aku terkejut dan teramat malu. Aku tergamam hingga aku terlupa bahawa tanganku masih lagi melekat pada mutiara nikmatku.

Bapa mertuaku bertindak pantas meraih kesempatan terhadap aku yang masih terpinga-pinga. Dia terus menerpa dan mencelapak kangkangku yang sudah sedia terbuka luas. Pahaku dipegang kemas hingga aku tak mampu melindungi cipapku. Mukanya disembam ke taman rahsiaku. Cipapku yang telah basah dijilat-jilat dengan lidahnya. Bibir cipapku yang lembut menjadi sasaran jilatannya. Bila kelentitku yang sememangnya telah tegang dijilatnya aku hanya mampu meraung kesedapan. Terangkat-angkat punggungku menahan geli dan nikmat. Selama dua tahun kami berkahwin suamiku tak pernah melakukan seperti apa yang mertua aku sedang lakukan. Suamiku patut belajar dari bapanya cara memuaskan isteri.

Mungkin terlalu geram melihat cipap muda berbulu nipis di depannya, mertuaku seperti dirasuk menggomol dan menggosok mukanya ke seluruh cipapku. Habis mukanya berlepotan dengan lendir yang banyak keluar dari cipapku. Lidahnya makin ganas meneroka lubang cipapku yang mula ternganga menunggu diisi. Gerakan lidah maju mundur dalam lorong nikmatku sungguh sedap. Belum pernah aku merasa senikmat ini. Hanya erangan saja yang keluar dari mulutku.

Gerakan-gerakan ganas pada cipapku membuat aku tak dapat bertahan lagi. Cairan panas tersembur keluar dari cipapku. Aku mengalami orgasme yang pertama. Muka mertuaku makin basah dengan lendir dari cipapku. Aku lemah longlai penuh lazat. Lelaki separuh abad yang berkulit hitam dipanah matahari ini sungguh mahir melayanku. Badan tuanya masih kelihatan berotot-otot kekar kerana setiap hari beliau menggunakan tulang empat keratnya bersawah. Tenaganya masih kuat dan mampu mengalahkan suamiku, anaknya. Nafsunya juga amat tinggi, mungkin kerana telah bertahun tidak bersama perempuan sejak kematian ibu mertuaku.

Melihat mataku yang kuyu, mertuaku mula merangkak ke atas tubuhku. Badanku dipeluk kemas sementara mulutnya pula telah berjaya menyusukan puting payudara ku. Dinyonyot putingku bergilir-gilir kiri kanan. Aku masih cuba menolak badannya yang berotot keras itu tapi mertuaku lebih tangkas. Kedua tanganku ditekan ke tilam. Aku tak berdaya berbuat apa-apa lagi. Aku hanya mampu meronta melawan kudrat bapa mertuaku yang lebih kuat.

“Bapa, jangan. Saya menantu bapa, isteri anak bapak,” rayuku.
“Tak apa, anggap saja bapa suamimu sekarang,” bapa mertuaku bersuara.

Bapa mertuaku merapatkan bibir lebamnya ke bibirku. Dihisap dan disedut bibirku yang comel. Aku tak mampu berkata-kata lagi. Aku pasrah saja menunggu tindakan selanjutnya dari bapa mertuaku. Aku tergeletak pasrah di tilam dengan kakiku terkangkang luas.

“Lia, sudah lama bapak geram pada Lia. Kecantikan dan gerak geri Lia meruntuhkan iman bapa,” bisik mertuaku di telingaku.

Aku hanya diam tak bersuara. Melihat keadaanku yang pasrah tak melawan itu maka bapa mertuaku mula bertindak. Aku terasa ada gerakan-gerakan di celah kangkangku. Cipapku terasa disondol-sondol oleh satu benda bulat. Benda bulat keras bergerak pantas di celah alur cipapku yang telah basah dari tadi. Tiba-tiba benda bulat panjang mula terbenam ke dalam rongga cipapku. Bapa mertuaku mula menghayunkan pinggulnya maju mundur. Mertuaku menggunakan segala pengalamannya bagi menakluk menantunya yang masih muda dan bertenaga. Jika kekuatan tenaga yang diadu mungkin dia akan dahulu menyerah kerana itu mertuaku mengguna segala muslihat dan pengalaman yang dipunyainya. Ibarat pendekar tua yang banyak ilmu yang sedang bertarung dengan pendekar muda yang penuh bertenaga. Hanya dengan taktik dan teknik yang ampuh saja mampu mengalah pendekar muda yang banyak tenaga.

Bapa mertuaku hanya memasukkan separuh saja balaknya ke dalam cipapku. Dilakukan gerakan maju mundur dengan cepat sekali. Sungguh cepat dan laju hingga aku terasa sensasi nikmat yang amat sangat. Aku rasa G-spot ku diteroka dengan penuh kepakaran oleh mertuaku. Hanya erangan demi erangan saja yang keluar dari mulutku. Aku tak mampu berfikir lagi. Otakku kosong, yang aku rasa hanya nikmat semata-mata.

Selepas lima minit mertuaku mula menekan perlahan balaknya yang keras itu. Akhirnya seluruh batang balaknya terbenam dalam lubang cipapku. Terbeliak mataku menerima balak besar dan panjang. Terasa senak diperutku dihentak oleh balak bapa mertuaku. Suamiku tak pernah mampu meneroka sedalam ini. Aku cuba menyesuaikan diri dengan balak besar hingga perasaan nikmat dan lazat bertambah-tambah menyelinap ke seluruh urat sarafku.

“Lubang Lia sungguh sempit, padat rasanya. Belum pernah bapa rasa lubang ketat macam ni,” puji bapa mertuaku.

Aku hanya tersenyum mendengar pujian mertuaku. Aku tak pasti pujian itu ikhlas atau hanya pujian palsu lelaki yang sedang dikuasi nafsu. Mula merasai lubang cipapku yang sempit dan hangat, bapa mertuaku mulalah menghenjutku dengan rakus. Dari gelagat keganasannya itu jelaslah bahawa selama ini dia memang geram terhadap diriku. Apalagi ibu mertuaku telah lama meninggal. Sudah lama bapa mertuaku berpuasa hubungan kelamin. Dendam nafsu yang ditanggung selama ini dilampiaskan sepuas-puasnya pada diriku yang masih muda dan solid.

Akalku cuba menafikan tetapi nafsuku tak dapat menolak akan kehebatan bapa mertuaku. Balaknya yang besar dan berurat-urat itu memberi kenikmatan berganda berbanding zakar suamiku yang kecil. Biar otakku menolak tapi cipapku mengalu-alu kehadiran batang besar dan panjang. Kehadirannya di dalam perutku amat ketara kurasakan. Malahan kesan penangan yang sebegitulah yang selama ini aku dambakan. Gerakan kasar dan penuh penguasaan seperti inilah yang amat aku berahikan. Semakin lama semakin pasrah aku zahir dan batin.

Bagi menyeimbangkan perlawanan maka aku mula mengurut dan mengemut batang besar mertuaku. Otot-otot cipapku meramas secara berirama balak yang terbenam dalam terowong nikmatku. Aku ayak-ayak punggungku bagi menambahkan lagi kenikmatan bersama.

“Lubang Lia hangatlah. Lia padai kemut, sedaplah Lia,” mertuaku memujiku lagi.

Seluruh jiwa ragaku mulai kecundang terhadap tuntutan nafsu yang maha sedap itu. Tanpa segan silu mulutku tak putus-putus merengek dan mengerang. Aku mengaku akan kehebatan bapa mertuaku. Tiada lagi rasa berdosa dan penyesalan. Nikmat dan lazat saja yang kurasai waktu ini.

“Bapa sedaplah, laju lagi pak,” tanpa sadar aku bersuara.

Mendengar suara rengekanku meminta maka makin laju bapa mertuaku mengerjakanku. Badanku dirangkul kemas, bukit kembarku diramas dan dihisap. Ladangku yang subur dibajak sejadi-jadinya oleh mertuaku. Kehebatannya mengalahkan suamiku yang juga anaknya sendiri. Kesuburan ladangku dapat dirasai mertuaku. Digemburnya ladangku sepuas-puasnya. Jelaslah bahawa suamiku sendiri gagal menandingi kemampuan bapanya. Mungkin sebab itulah dia gagal menghamilkan aku.

Dinding cipapku digeser-geser oleh kepala dan batang mertuaku. Otot-otot cipapku menjerut rapat batang besar. Terasa seperti melekat dinding cipapku dengan balak mertuaku. Bila ditarik balaknya aku rasa seperti isi cipapku turut sama keluar. Aku menggelupur kesedapan. Aku seperti melayang di kayangan. Otot-otot badanku menjadi kejang, kakiku mendakap erat badan mertuaku dan tanganku mencakar-cakar belakang bapa mertuaku kerana teramat nikmat. Akhirnya mencurah-curah air nikmatku menyirami kepala konek mertuaku. Aku lesu kelemasan.

“Bapa hebat, Azman tak sehebat Bapa,” aku memuji kemampuan mertuaku.

Setelah cukup rata membajak, bapa mertuaku pun mulalah menyemburkan benih zuriatnya ke dalam rahimku. Terbeliak biji mataku menikmati kesedapan setiap pancutan yang dilakukannya. Kepanasan cecair benih lelaki tua disambut dengan ledakan nafsuku sendiri. Menggeletar seluruh tubuhku menikmati tadahan benih-benih zuriat yang cukup banyak menyemai rahimku yang subur. Aku terkulai layu penuh nikmat.

Selepas itu kami sama-sama terdampar keletihan setelah mengharungi kepuasan bersama. Bertelanjang bulat kami tidur berpelukan hingga ke pagi. Tengahhari esoknya sekali lagi bapa mertuaku menyemai benih yang mampu membuncitkan perut aku. Kali ini dia menghenjut aku bagi tempoh yang lebih lama dari semalam. Malahan cecair benihnya juga lebih banyak dan lebih pekat. Hampir seminit aku terpaksa menadah perahan nafsunya. Dua kali aku klimaks sepanjang pertarungan itu. Batang besar hitam itu membuat aku terkapar lesu kesedapan. SungguHPun bentuknya hodoh hitam berurat-urat tetapi membuat aku ketagih untuk menikmatinya.

Telefon di ruang tamu berdering. Dengan perasaan agak malas aku menyambutnya. Di hujung sana suamiku memberitahu bahawa dia akan terus ke Sarawak dan akan berada di sana selama sebulan. Bapa mertuaku tersenyum sumbing mendengar khabar tersebut. Aku pula jadi serba salah kerana selama tempoh itu kelak aku bakal ditiduri oleh seorang lelaki tua yang hitam legam lagi tidak kacak. Tetapi aku akui mainan seksnya cukup hebat mengalahkan orang muda.

Dua bulan kemudian aku mulai muntah-muntah. Mertuaku tersenyum senang kerana benih yang disemainya telah tumbuh. Suamiku juga gembira kerana akan menimang cahaya mata tetapi dia tidak tahu bahawa anak yang kukandung adalah adiknya sendiri

Cerita Seks Mira Dengan Bapa Tiri


Cerita Dewasa69 - Aku Mira. anak sulung dari dua beradik. aku tinggal dengan keluargaku. mak, adik dan bapa tiriku sepanjang tiga tahun kebelakangan ini. emak bekerja sebagai manager di syarikat bapa tiri. itupun atas ehsan bapa tiriku itu. bapa tiri kami datang meminang emak dua bulan selepas emak berjaya mendapat pekerjaan di syarikat miliknya.

peristiwa ini terjadi pada satu petang yang redup, hujan turun dengan lebatnya. emak dan adik telah pergi kemajlis di rumah sanak saudara. aku tidak pergi kerana aku kurang pandai beramah-mesra dengan mereka. aku fikir ayah juga tidak berada dirumah. kerana hujan terlalu lebat aku tertidur di sofa sehingga pukul 8 malam. aku cuma tersedar apabila terasa ada sepasang tangan sedang membelai2 kepalaku. aku tidak hiraukan. mungkin emak. atau pembantu rumah yang ku panggil nek jah. tangan itu turun ke dada dan membelai dadaku dari luar. semakin lama semakin kuat dan kini terasa kulit jari2nya. maksudnya tangan itu dakam baju ku. aku mula pelik. tapi perasaan mengantuk masih kuat. skirt pendekku diselak dan dengan mudah panty ku ditarik turun ke bawah. perlahan aku terasa kemaluan ku dibelai lembut. aku yang tidak pernah dibuat begitu terasa geli. mulanya aku ingin membuka mata untuk melihatnya, tapi aku cuba menganggapnya sebagai mimpi. mungkin juga perasaan aku sahaja kerana aku suka melihat filem blue curi2 tetapi tidak pernah melakukan seks.

tiba2 celah kangkangku terasa sejuk. seperti ada benda lembut menggesel2 disitu. aku mula panik lantas membuka mata. alangkah tergamamnya aku bila melihat muka bapa tiri berada dicelah kangkangku. terkejut dengan tindakan refleks badanku, dia mendongak. melihat aku yang telah tersedar dia bergerak dengan pantas menutup mulutku. lantas memujukku tidak akan menodai ku. dia kata cuma akan membelai2 tubuhku sahaja. dan jika ku klimaks dia akan melepaskan aku. jika aku menolak, dia akan menceraikan emak dan menghalau kami semua dari rumah. aku tergamam. dia berjanji lagi tidak akan menodai ku cuma roman2 je. aku berfikir seketika. banyak yang aku perlu pertimbangkan. aku meminta kepastian bapa tiri ku. aku sememangnya tidak rapat dengan dia. sejak mereka berkahwin ketika umurku 17 tahun sehingga kini aku 19 thn kami tidak pernah mesra. terasa jijik dengan perut gendutny. dan aku tahu ibu berkahwin dengannya pun hanya untuk memastikan keselesaan hidup kami sekeluarga. orang tua itu menolak tubuhku perlahan agar terjatuh semula diatas sofa. aku diam. lembut dia mengucup bibirku. jijik. tapi aku diam. bila bibirnya mula menjilat2 seluruh daerah leherku, badanku mula terasa panas. aku tutup mata kerana tidak percaya apa yang berlaku.


Bibirnya turun lagi ke dadaku bila selesai membuka baju ku. digigitnya lembut puting buah dadaku. badanku mula menggigil2. antara jijik dan geli. orang tuayang berpengalaman itu tersenyum saja. seolah2 sangat memahaminy dia menghulurkan tangan membelai2 rambutku untuk menenangkan perasaan serba salahku. sementara sebelah tangan lagi merayap mencari kemaluanku. dia membelai2 kemaluanku lembut sambil mulut terus meransangg dada dan leherku. aku tersedar air yang mengalir dari kemaluanku dan aku sangat malu. tapi dia bijak. kepalanya turun lagi ke celah kangkangku seperti tadi. aku mula mendesah dan membuka mataku kecil. aku lihat lelaki gendut itu tersenyum kecil. lidahnya terus bermain di kangkangku. aku mula tidak keruan. aku berusaha tidak mengeluarkan suara, sebaliknya orang tua itu terus menjilat dan mengerang membuatkan aku tidak tentu arah. tangannya terus meramas2 dadaku. memang ini pengalaman pertamaku. aku tidak berniat melakukan seks. tetapi bila aku sudah mencapai tahap klimaks kerana permainan lidah lelaki tua itu diklitorisku, di bangun dengan cepat dan menyuakan kemaluannya kearah kemaluanku. aku yang masih lemah tidak bertenaga menolaknya. aku berteriak kecil ‘ pak cik dah janji. . . . . . ‘ tapi orang tua itu tahu aku tidak berdaya. dia cuma mengucup bibirku rakus sehingga tidak ada suara yang keluar. ooooooooo. . aku menjerit kesal bila terasa tubuh kami sudah bercantum. aku ingin menangis. tapi tak sempat aku berfikir orang tua itu menghenjut. mulanya sedikit nyeri tp kemudiannyngili dan geli. aku mula malu bila memikirkan sia2 aku bertahan. gairahku datang lagi. orang tua itu terus menghenjut. aku mula menjerit. bukan jerit ketakutan dan kekesalan seperti tadi. tapi jeritan lain yang terkeluar dari mulut. bapa tiriku mula menyedarinya. di kemudian berkata ” Mira sayang,,,hemmm, Mira nak apapun uncle bagi. . . . owh. . . kejap je Mira. . . owhhhh owh. . “aku marah tapi aku tahu sudah terlambat.

Aku cuba menikmati permainan orang tua ini. perlahan aku mula menyukainya kerana dia tidak kasar seperti cerita mangsa rogol yang aku tahu. walaupun aku dirogol tapi suasananya berbeza. badan ku bergetar. katanya aku sudah klimaks dan tidak adil tidak membiarkan dia juga klimaks sama. aku terdiam. aku disuruh menonggeng. dia mendatangiku dari belakang. sambil tanganny meramas dada dan sebelah tngn meramas kemaluan, dia mengucup pipiku mengatakan tidak ada apa yang perlu ditakuutkan. aku pasrah. dia meneruskan permaina sambil meracau2 sudah lama ingin menikmati tubuhku. aku diam saja. aku menikmatilagi permainan itu. selang 30 minit aku klimaks kali ketiga orang tua itu memancutkan air maninya di atas pakaianku. katany klu terkena sofa susah nak bersihkan. n orang akan tahu. aku hendak berlari ke dalam bilik tapi di sempat memelukku dan berkata tidak ada apa yang perlu dikesalkan. dia terpaksa bekerja keras untuk memuas kan aku. aku sepatutnya menghargainy. aku diam. sambil meramas lembut buah dadaku kami bercium mulut. aku mula belajar. dia kata akan mengajarku lain kali. katanya klau tinggal kami berdua saja dia akan memuaskan aku lagi. aku diam. tapi aku tahu, aku juga gairah dengan tindakan2 nya tadi. sejak hari itu dia sering memberi banyak wang padaku dan adik. kadang2 memberi mak banyak cuti disyarikat dan menghantar mak balik kampungbersama adik. katanya mereka perlu berehat. aku tidak boleh balik kampung kerana perlu belajar rajin2. sebaliknya bila mak dan adik sudah tiada, dia akan selalu datang kebilik tidurku dan tidur denganku sampai pagi. aku tidak tahu sampai bila aku akan diperlakukan begini.

Selasa, 24 September 2019

Hadiah Ulang Tahun Untuk Pacarku


Cerita Dewasa69 -  Kejadian ini sebenarnya terjadi tahun 2015, bertepatan dengan ulang tahun kekasih ku yang ke 20, kekasih ku bernama Maria, dia wanita blasteran Menado-Belanda. Tentu saja wajahnya sangat cantik, ukuran tubuhnya adalah, tinggi 172 cm, berat 55 kg, payudara 38B.
Payudaranya sangat seksi dan besar, belum lagi kulitnya yang putih bersih. Pokoknya dia mampu membuat saya gemetaran. Aku sendiri berumur 25 tahun, ciri-ciriku adalah, tinggi 178 cm, berat 68 kg, kulitku sawo matang, dan aku berasal dari Jawa.
Sebenarnya aku sangat beruntung mendapatkan Maria, tapi selama 4 bulan pacaran, aku tidak pernah menyentuhnya lebih jauh. Aku hanya menberikan ciuman dan pelukan, aneh bukan..? Tetapi itu semua karena gaya pacaranku memang demikian. Aku tidak ingin merusak pacarku sendiri.
Maria kekasih ku adalah wanita yang sempurna. Dia selalu memakai baju-baju ketat dan terbuka. Tentu saja keseksian tubuhnya akan terlihat jelas dan membuat semua pria ingin melahap tubuhnya, apalagi aku sebagai kekasih nya.

Orang-orang pasti berpikir bahwa aku pernah menyetubuhinya. Itu semua tidak benar, karena aku selalu mengendalikan diriku dan selalu menolaknya jika dia mulai menggodaku dan bermesra-mesraan denganku. Penolakan itu ternyata berakibat fatal, karena Maria mulai gencar melakukan gaya-gaya yang membuatku bergairah.
Aku mulai merasa dia menjadikanku sasaran kepenasarannya. Mungkin karena sikap dinginku kepadanya. Aku bisa melihat dengan jelas kedua mata indahnya itu seakan memelas agar aku mau menyentuhnya dan membawanya ke surga kenikmatan. Tetapi tetap saja aku tepis.
Hingga akhirnya, ketika Maria akan berulang tahun dan merayakannya hanya denganku. Dia menyuruhku datang ke villa keluarganya, tentu saja tidak ada siapa-siapa kecuali pembantunya.
Lalu pada malam harinya, aku datang dengan membawa seikat bunga untuk Maria. Pembantunya mempersilahkan aku duduk di ruang tengah, sementara itu dia memanggil Maria majikannya. Tiba-tiba dalam kesendirianku, aku dikejutkan dengan ciuman yang mendarat di pipi kananku dari belakang.
“Eh.., udah datang..!” ucap Maria sambil duduk di sebelahku.
“Iya.., met ultah kekasih ku..” jawabku sambil memberikan bunga yang kubawa untuknya, Kumpulan Dewasa Terkini.


Kedua mataku sibuk memperhatikan Maria, karena penampilanya sungguh luar biasa. Dia cantik sekali dengan pakaian sackdress-nya. Aku tidak mempedulikan ocehan Maria, karena konsentrasiku kini pada tubuhnya yang sexy.
Aku tahu kalau Maria tidak memakai BH karena putingnya tercetak jelas. Hampir saja aku menggigit lidahku karena disuguhkan pemandangan seperti itu. Maria yang terdiam rupanya memperhatikanku dan tersenyum genit.
Dia mendekatiku dan membisikkan kata-kata, “Aku akan memberikannya padamu kekasih ku..”
Ucapannya itu membuat aku berdebar-debar. Kemudian Maria berjongkok di antara kedua kakiku. Aku bisa melihat pahanya yang mulus dan CD-nya yang berwarna cream tersembul disana. Aku terhipnotis, dan tanpa kusadari batang kemaluanku mulai hidup.
Maria membuatku gila karena dia mulai mengusap-usap batang kejantananku dari balik celanaku. Tetapi usapannya itu telah mampu membangkitkan batang kejantananku yang semakin tegang.
Maria mulai membuka resleting celanaku, dan nampaklah kepala batang kejantananku yang sudah keluar dari CD-ku. Maria terus menarik celanaku dan CD-nya, hingga aku telanjang. Aku merasakan tanganya yang halus mulai mengusap-usap batang kejantananku.
“Uh..” aku merasakan getaran kenikmatan telah muncul.
Kemudian Maria mengulumnya, menjilatinya dari ujung hingga pangkal batang kemaluanku. Aku mulai tidak tahan, nafasku memburu saat kocokan-kocokan mulutnya mulai beraksi. Kedua tanganku menyentuh payudaranya dan aku mulai meremasnya.
“Akhh..” aku mendesah tidak karuan.
Maria memang pintar, dia menghisap kontolku dengan kuat.
“Slurrpp.. slurrpp.. ” yang membuatku semakin gila.
Kuelus-elus tengkuknya dengan tangan kiriku, sedangkan tanganku yang kanan masih meremas-remas payudaranya. Aku menikmati perlakuannya hingga aku merasa akan mengeluarkan sesuatu.
“ kekasih ku.. aku mau keluar..” ucapku padanya.
Maria seakan mengerti, dia menghisap batang kejantananku dengan cepat dan, “Akh.., Crot.., crott.., crott..” terlontarlah spermaku di dalam mulutnya. Tanpa merasa jijik, dia menelannya. Kemudian dia mulai membersihkan kejantananku dengan jilatan-jilatannya.
Setelah bersih, Maria bangkit dan mendorongku ke sofa untuk bersandar. Kemudian dia mulai menciumku, aku pun membalasnya. Kupagut bibirnya yang sensual itu sambil kuelus punggungnya. Aku memainkan lidahku di dalam mulutnya.
Kusandarkan tubuhnya di sofa, dan aku segera turun dan berjongkok tepat di antara kedua pahanya yang sudah dibuka Maria lebar-lebar. Kuciumi Maria terus menerus, kemudian lehernya kujilati dengan lembut.
“Ahh.. ahh..” desahan-desahan mulai keluar dari bibirnya.
Aku menarik resleting bajunya dan kuturunkan, hingga nampaklah payudara 38B-nya yang luar biasa itu. Aku tidak tinggal diam, aku mulai menjilatinya.
“Slurrpp.. slurrpp.. ssh..”
Aku kecup payudaranya yang besar itu, “Cup.. cup..”
Maria mengeluarkan lenguhan-lenguhan kenikmatan, “Oh.., oh.. sayang..”
Aku teruskan dengan menghisap payudaranya kuat-kuat. Maria mendesis, “Ohh..,” sambil menjambak rambutku. Kemudian kupilin-pilin putingnya yang sudah keras itu. “Ohh.., akhh.., sshh..” nampaknya Maria menikmatinya.
Aku mulai turun ke CD-nya, kuturunkan berikut dengan bajuku juga. Hingga nampaklah vaginanya yang sudah basah. Aku langsung menjilatinya.
“Slurrpp.., slurrpp.., oh.. oh..” desahan Maria membuat aku semakin tegang, Kumpulan Cerita Dewasa.
Kuteruskan jilatanku, kumainkan lidahku di dalam liang kewanitaannya.
“Akhh..,” jeritannya yang bersamaan dengan pahanya yang menjepit kepalaku dengan kuat.
Tubuhnya bergerak kesana kemari. Aku tidak memperdulikannya dan terus menjilatinya. Kuhisap dan kusedot liang kenikmatannya yang sudah basah itu dengan kuat-kuat. Kemudian klitorisnya kuemut dengan kuat.
“Okhh.., ohh..,” lenguhnya panjang, “ kekasih ku.., ayo masukkan.., masukkan..!” pinta Maria memohon. Aku tidak menyia-nyiakannya, kuludahi batang kejantananku dengan air liurku dan kuarahkanpada liang senggamanya yang sudah banjir oleh cairan kewanitaanya.
“Ohh.., aoohh..” Maria mendesah tidak karuan saat kepala kejantananku kugesek-gesekkan di bibir vaginanya. Kemudian kudorong batang keperkasaanku untuk masuk lebih dalam, tapi Maria berteriak, “Sayang.., sakitt..” wajahnya meringis kesakitan.
Aku menenangkannya dan mulai memasukkanya lagi tanpa mempedulikan jeritan-jeritan dari bibir Maria.
“Bless.., ss.. ohh..” aku diam tidak bergerak saat batang kemaluanku sudah terbenam dalam liang senggamanya.
Setelah Maria sedikit tenang, aku mulai menarik sedikit batang kejantananku.
“Akh.., akh..” Maria terus merintih.
Aku sendiri sedang merasakan nikmatnya jepitan bibir vaginanya yang membuat batang keperkasaanku berdenyut-denyut tidak karuan. Kumulai memaju-mundurkan batangku di dalam liang senggamanya. Masuk, keluar, masuk, keluar.
“Ohh.., enak.. okhh..” itulah kata-kata yang kutangkap dari suara-suara yang Maria keluarkan. Kami mulai terbiasa melakukannya, pinggul Maria terus bergoyang kesana kemari dengan teratur. Gerak maju mundur batang kejantananku mulai kupercepat.
“Akh.., oh.., kekasih ku.. Aku mau keluar..!” teriak Maria.
Kecepatanku kunaikkan 2 kali lipat, karena aku sendiri pun mengalami hal yang sama dengannya.
Dan akhirnya, “Crot.., crott.., crott..”
Kami berteriak keras sambil berpelukan, “Aakhh..”
Kami mencapai orgasme bersamaan.
Dengan sisa-sisa tenagaku yang terakhir, kubopong tubuh Maria dan kubawa masuk ke kamarnya. Kubaringkan tubuhnya di atas tempat tidur dan aku mulai menciumi bibirnya dengan penuh nafsu. Kedua tanganku meremas-remas payudaranya dengan kuat. Kumainkan lidahku di putingnya. Mariamendesah kenikmatan, nafasnya mulai tidak beraturan. Aku meneruskan jilatanku di payudaranya, kuputar ke kiri serta ke kanan, kuhisap kecil.
“Okh..,” rintihanya membuatku semakin menggebu-gebu.
Kutarik putingnya dengan bibirku.
“Okh..,” Maria terus mendesah, kedua tanganya mengelus-elus punggungku.
Aku semakin bernafsu, kubuka mulutku lebar-lebar dan kuhisap payudara kanannya. “Slurrpp.., slurpp..” terdengar suara kenikmatan dari hisapanku, sedangkan tanganku yangsatunya meremas-remas payudara kirinya dengan kasar.
Aku melihat kedua mata Maria yang terpejam. Tetapi bibirnya tidak berhenti merinti-rintih kesakitan dan kenikmatan. Sementara itu batang kejantananku sendiri sudah menegang keras. Kuhentikan hisapanku, lalu kutarik kedua kakinya ketepian tempat tidur hingga menyentuh lantai. Maka nampaklah vaginanya yang basah. Aku mengambil posisi berjongkok dan mulai menciumiselangkanganya dengan teratur.
“Okh.., sayang.., akhh..” itulah kata-kata yang kudengar dari bibir Maria saat lidahku menyentuh bibir kemaluannya. Kujilati dan terus kuhisap-hisap cairan kewanitaanya, kemudian kugigit klitorisnya. Maria menjerit keras, badannya mengelinjang ke kanan.
“Ohh.., ohh.., kekasih ku.. enakk..” desahnya.
Aku terus menambah kecepatan hisapanku dan terus mengocok liang senggamanya, menjilatinya dan menghisapnya dalam-dalam.
“Ohh.., sshh.., sshh.. Aku keluarr..!” teriak Maria keras. Aku bersiap-siap untuk menelan cairan yang tersembur dari lubang kenikmatannya. Kemudian kubersihkan cairan-cairan yang masih tertinggal di bibir liang surganya.
Aku bangkit dan naik ke tempat tidur, sekarang posisi kami adalah 69. Maria memasukkan batang kejantananku ke dalam mulutnya dan mengocok-ngocoknya. Aku merasakan jilatan-jilatannya yang mampu membuatku merem melek. Dia terus menyedot-nyedot kepala kemaluanku dengan kuat.
“Akhh..,” desisku.
Aku seakan melayang-layang, entah dimana. Sungguh luar biasa apa yang kurasakan itu. Aku membalas perlakuan Maria dengan menjilati dan menggigit klitorisnya. Sontak tubuh Maria bergerak-gerak. Aku yang mulai merasakan batang kemaluanku akan mengeluarkan sesuatu, langsung menariknya dari mulut Maria. Kubuka lebar-lebar liang vaginanya.
Kuhujamkan batang keperkasaanku pelan-pelan dan, “Bless.., ohh..” desisku.
“Crot.., crot..” spermaku menyemprot ke dasar liang senggamanya. Tubuhku lemas, tetapi itu hanya sekitar 5 menit. Aku bangkit dan mencabut batang kemaluanku dari liang senggamanya.
“Ahh..,” desah Maria yang lemas tidak berdaya.
Kubuka pahanya lebar-lebar dan mulai menjilatinya lagi. Lidahku menari-nari di dalam liang kenikmatannya. Perlakuanku itu menbuat Maria menggelinjang tidak karuan, nafasnya kembali naik. Kuhisap klitorisnya yang masih membesar itu, “Slurp.. slurpp..”
Tanganku sendiri sibuk meremas-remas payudaranya. Maria menjerit kesakitan, “Okh.. akhh.. hhshshss..” Kedua pahanya menjepit kepalaku dengan keras. Aku tetap meneruskan jilatan dan hisapan padakemaluannya.
“Okh.. okh.. sshh..” Maria terus mendesah, “Aku mau keluar..!” ucapnya.
Aku terus menyedotnya semakin cepat dan liar, “Slurpp.., slurpp.. okhh..”
“Cer.. cer..” cairan kemaluannya membanjiri vagina dan wajahku.
Maria tergeletak lemas, dia tidak peduli lagi saat aku membersihkan liang senggamanya dengan menyedot cairan kewanitaanya yang masih tertinggal di bibir vaginanya itu. Tetapi saat aku menyedot klitorisnya, dia memohon agar aku menghentikanya, karena dia sudah tidak kuat lagi, tapi aku tidak memberikan kesempatan kepadanya.
Kukocok-kocok lidahku di dalam vaginanya. Mariaberteriak dan meronta-ronta. Kedua kakinya berusaha menendangku dengan sisa tenaganya yang terakhir. Tetapi dengan sigap kupegang kedua pahanya dan terus menghisap vaginanya.
“Okhh.., aahh.., akhh..,” desahan dan teriakkannya membuatku terangsang.
Kulihat Maria mulai menitikkan air matanya, pastilah dia merasa ngilu pikirku, tetapi aku tidakmempedulikannya karena nafsuku sudah di ubun-ubun, batang kemaluanku sendiri sudah berair. Aku terus menjilati liang kewanitaan Maria dengan cepat.
Tiba-tiba Maria berteriak, “ kekasih ku.. masukkan.. ohh.. masukkan..!” pintanya.
Aku pun tanpa basa-basi, membimbing batang kejantananku yang sudah tegang 1000 volt ke dalamliang senggamanya. Maria sendiri sibuk memegangi kedua pahanya agar memudahkanku menancapkan senjataku. Kugesek-gesekkan kejantananku di liang kewanitaannya, “Sssttrr.. ssrree..”
“Oohh.., ohh.. ohh..” desahan Maria semakin menjadi-jadi.
Kuarahkan batang keperkasaanku ke dalam liang vaginanya, “Bless.. ss..”
Maria mulai menjerit kenikmatan, “Aduh..! aduhh..! oh..!”
Aku sendiri merasakan kenikmatan cengkraman bibir kemaluanya yang kuat itu. Aku mulai memaju-mundurkan batang kejantananku yang diiringi desahan Maria, “Ohh.. ohh.. enakhh.. enakh..” Maria menggoyangkan pinggulnya seirama denganku, gerakan kami pun semakin cepat.

“Akhh.. sayang.., Aku mau keluar..” ucap Maria.
Aku terus menggenjotnya, karena aku pun merasakan batang kejantananku akan mengeluarkan spermaku. Saat kecepatan kami bertambah, akhirnya aku melenguh keras, “Akhh.. Crot.. crott.. crot..” batang kejantananku memuntahkan spermaku di dalam liang senggama Maria.
Bersamaan dengan itu, Maria juga menjerit, “Aaskhh.., ohh.., cer.. cer..”
Tubuhnya mengejang sambil memelukku kuat-kuat. Aku merasakan cairan kewanitaannya membasahi batang kemaluanku. Maria melepaskan pelukannya, tubuhnya menjadi lemas tidak berdaya, begitu juga denganku.
Kucabut batang keperkasaanku dari liang senggamanya. Kemudian kubuka pahanya, kujilati sisa-sisa ciran kewanitaanya, lalu kubaringkan tubuhku di sampingnya. Kucium keningnya sambil kupeluk dan kubisikkan kata-kata bahwa aku sangat mencintainya. Maria hanya tersenyum sambil memejamkan matanya.
Malam itu, kami melakukanya 3 kali dan kami mengulanginya dimana pun kami berada.

Terhanyut Suasana Dengan Atasanku


Cerita Dewasa69 -  Namaku Fanny, usia 26 tahun. Kulitku kuning langsat dan rambutku sebahu dengan tinggi 165 cm dan berat 51 kg, Aku telah menikah setahun lebih. Aku berasal dari keluarga Minang yang terpandang. Sekilas wajahku mirip dengan Putri Indonesia 2002 Melani Putria. Bedanya aku telah menikah dan aku lebih tua darinya 2 tahun. Aku bekerja pada sebuah Bank pemerintah yang cukup terkenal.
Suamiku Ikhsan adalah seorang staf pengajar pada sebuah perguruan tinggi swasta di kota Padang. Di samping itu, ia juga memiliki beberapa usaha perbengkelan.
Kami menikah setelah sempat berpacaran kurang lebih 3 tahun.Perjuangan kami cukup berat dalam mempertahankan cinta dan kasih sayang. Di antaranya adalah ketidaksetujuan dari pihak orang tua kami. Sebelumnya aku telah dijodohkan oleh orang tuaku dengan seorang pengusaha.
Bagaimanapun, kami dapat juga melalui semua itu dengan keyakinan yang kuat hingga kami akhirnya bersatu. Kami memutuskan untuk menikah tapi kami sepakat untuk menunda dulu punya anak. Aku dan Bang Ikhsan cukup sibuk sehingga takut nantinya tak dapat mengurus anak.

Kehidupan kami sehari-hari cukup mapan dengan keberhasilan kami memiliki sebuah rumah yang asri di sebuah lingkungan yang elite dan juga memiliki 2 unit mobil sedan keluaran terbaru hasil usaha kami berdua. Begitu juga dalam kehidupan seks tiada masalah di antara kami. Ranjang kami cukup hangat dengan 4-5 kali seminggu kami berhubungan suami istri. Aku memutuskan untuk memakai program KB dulu agar kehamilanku dapat kuatur.
Aku pun rajin merawat kecantikan dan kebugaran tubuhku agar suamiku tidak berpaling dan kehidupan seks kami lancar.
Suatu waktu, atas loyalitas dan prestasi kerjaku yang dinilai bagus, maka pimpinan menunjukku untuk menempati kantor baru di sebuah kabupaten baru yang merupakan sebuah kepulauan. Aku merasa bingung untuk menerimanya dan tidak berani memutuskannya sendiri. Aku harus merundingkannya dulu dengan suamiku. Bagiku naik atau tidaknya statusku sama saja, yang penting bagiku adalah keluarga dan perkawinanku.
Tanpa aku duga, Suamiku ternyata sangat mendorongku agar tidak melepaskan kesempatan ini. Inilah saatnya bagiku untuk meningkatkan kinerjaku yang biasa-biasa saja selama ini, katanya. Aku bahagia sekali. Rupanya suamiku orangnya amat bijaksana dan pengertian. Sayang orang tuaku kurang suka dengan keputusan itu. Begitu juga mertuaku. Bagaimanapun, kegundahan mereka akhirnya dapat diatasi oleh suamiku dengan baik. Bahkan akhirnya mereka pun mendorongku agar maju dan tegar. Suamiku hanya minta agar aku setiap minggu pulang ke Padang agar kami dapat berkumpul. Aku pun setuju dan berterima kasih padanya.
Aku pun pindah ke pulau yang jika ditempuh dengan naik kapal motor dari Padang akan memerlukan waktu selama 5 jam saat cuacanya bagus. Suamiku turut serta mengantarku. Ia menyediakan waktu untuk bersamaku di pulau selama seminggu.
Di pulau itu aku disediakan sebuah rumah dinas lengkap dengan prasarananya kecuali kendaraan. Jarak antara kantor dan rumahku hanya dapat ditempuh dengan naik ojek karena belum adanya angkutan di sana.

Hari pertama kerja aku diantar oleh suamiku dan sorenya dijemput. Suamiku ingin agar aku betah dan dapat secepatnya menyesuaikan diri di pulau ini. Memang prasarananya belum lengkap. Rumah-rumah dinas yang lainnya pun masih banyak yang kosong.
Selama di pulau itu pun suamiku tidak lupa memberiku nafkah batin karena nantinya kami akan bertemu seminggu sekali. Aku pun menyadarinya dan kami pun mereguk kenikmatan badaniah sepuas-puasnya selama suamiku di pulau ini.
Suamiku dalam tempo yang singkat telah dapat berkenalan dengan beberapa tetangga yang jaraknya lumayan jauh. Ia juga mengenal beberapa tukang ojek hingga tanpa kusadari suatu hari ia menjemputku pakai sepeda motor. Rupanya ia meminjamnya dari tukang ojek itu.
Salah satu tukang ojek yang dikenal suamiku adalah Pak Bambang. Pak Bambang ini adalah laki-laki berusia 50 tahun. Ia tinggal sendirian dipulau itu sejak istrinya meninggal dan kedua anaknya pergi mencari kerja ke Jakarta.


Laki-laki asal tanah Batak itu harus memenuhi sendiri hidupnya di pulau itu dengan kerja sebagai tukang ojek. Pak Bambang, yang biasa dipanggil Pak Bambang, orangnya sekilas terlihat kasar dan keras namun jika telah kenal ia cukup baik. Menurut suamiku, yang sempat bicara panjang lebar dengan Pak Bambang, dulunya ia pernah tinggal di Padang yaitu di Muara Padang sebagai buruh pelabuhan. Suatu saat ia ingin mengubah nasibnya dengan berdagang namun bangkrut. Untunglah ia masih punya sepeda motor hingga menjadi tukang ojek.
Hampir tiap akhir pekan aku pulang ke Padang untuk berkumpul dengan suamiku. Yang namanya pasangan muda tentu saja kami tidak melewatkan saat kebersamaan di ranjang. Saat aku pulang, aku menitipkan rumah dinasku pada Pak Bambang karena suamiku bilang ia dapat dipercaya. Akupun mengikuti kata-kata suamiku.
Kadang-kadang aku diberi kabar oleh suamiku bahwa aku tidak usah pulang karena ia yang akan ke pulau. Sering kali suamiku bolak-balik ke pulau hanya karena kangen padaku. Sering kali pula ia memakai sepeda motor Pak Bambang dan memberinya uang lebih.
Suamiku telah menganggap Pak Bambang sebagai sahabatnya karena sesekali saat ia ke pulau, Pak Bambang diajaknya makan ke rumah. Sebaliknya, Pak Bambang pun sering mengajak suamiku jalan-jalan di pantai yang cukup indah itu.
Suamiku sering memberi Pak Bambang uang lebih karena ia akan menjagaku dan rumahku jika aku ditinggal. Sejak saat itu aku pun rutin di antar jemput Pak Bambang jika ke kantor. Tidak jarang ia membawakanku penganan asli pulau itu. Aku pun menerimanya dengan senang hati dan berterima kasih. Kadang aku pun membawakannya oleh-oleh jika aku baru pulang dari Padang.
Setelah beberapa bulan aku tugas di pulau itu dan melalui rutinitas seperti biasanya, suamiku datang dan memberiku kabar bahwa ia akan disekolahkan ke Australia selama 1,5 tahun. Ini merupakan beasiswa untuk menambah pengetahuannya. Aku tahu bea siswa ini merupakan obsesinya sejak lama. Aku menerimanya. Aku pikir demi masa depan dan kebahagiaan kami juga nantinya sehingga tidak masalah bagiku.
Suamiku sebelum berangkat sempat berpesan agar aku jangan segan minta tolong kepada Pak Bambang sebab suamiku telah meninggalkan pesan pada Pak Bambang untuk menjagaku. Suamiku pun menitipkan uang yang harus aku serahkan pada Pak Bambang.
Sejak suamiku di luar negeri, kami sering telpon-teleponan dan kadang aku bermasturbasi bersama suamiku lewat telepon. Itu sering kami lakukan untuk memenuhi libido kami berdua. Akibatnya, tagihan telepon pun meningkat. Bagaimanapun, aku tidak memperdulikannya. Selagi melakukannya dengan suamiku, aku mengkhayalkan suamiku ada dekatku. Tidak masalah jarak kami berjauhan.
Aku mulai jarang pulang ke Padang karena suamiku tidak ada. Paling aku pulang sebulan sekali. Itu pun aku cuma ke rumah orang tuaku. Rumahku di Padang aku titipkan pada saudaraku.
Aku melewatkan hari-hariku di pulau dengan kesibukan seperti biasanya. Begitu juga Pak Bambang rutin mengantar jemputku. Suatu saat ketika aku pulang, Pak Bambang mengajakku untuk jalan-jalan keliling pantai namun aku menolaknya dengan halus. Aku merasa tidak enak. Apa nanti kata teman kantorku jika melihatnya. Kebetulan saat itu pun aku sedang tidak mood sehingga aku merasa lebih tenang di rumah saja. Di rumah aku beres-beres dan berbenah pekerjaan kantor.
Akhir-akhir ini, aku merasakan bahwa Pak Bambang amat memperhatikanku. Tidak jarang ia sore datang sekedar memastikan aku tidak apa-apa sebab di pulau itu ia amat disegani dan berpengaruh.
Aku sadari kadang dalam berboncengan tanpa sengaja dadaku terdorong ke punggung Pak Bambang saat ia menghindari lubang dan saat ia mengerem. Aku maklum, itulah resikonya jika aku berboncengan sepeda motor. Semakin lama, hal seperti itu semakin sering terjadi sehingga akhirnya aku jadi terbiasa. Sesekali aku juga merangkul pinggangnya jika aku duduknya belum pas di atas jok motornya. Aku rasa Pak Bambang pun sempat merasakan kelembutan payudaraku yang bernomer 34b ini. Aku menerima saja kondisi ini sebab di pulau ini mana ada angkutan. Jadi aku harus bisa membiasakan diri dan menjalaninya. Tak bisa membandingkannya dengan di Padang di mana aku terbiasa menyetir sendiri kalau pergi ke kantor.
Pada suatu Jumat sore sehabis jam kerja, Pak Bambang datang kerumahku. Seperti biasanya, ia dengan ramah menyapaku dan menanyakan keadaanku. Ia pun aku persilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
Sore itu aku telah selesai mandi dan sedang menonton televisi. Kembali Pak Bambang mengajakku jalan ke pantai. Aku keberatan sebab aku masih agak capai. Lagipula aku agak kesal dengan kesibukan suamiku saat kutelepon tadi. Ia tidak bisa terlalu lama di telpon.
“Kalau gitu, kita main catur saja, Bu… Gimana?” Pak Bambang mencoba mencari alternatif. Kebetulan selama ini ia sering main catur dengan suamiku. Akupun setuju karena aku lagi suntuk. Lumayanlah, untuk menghilangkan kekecewaanku saat ini. Aku pun lalu main catur dengan laki-laki itu. Beberapa kali pula aku mengalahkannya. Taruhannya adalah sebuah botol yang diikat tali lalu dikalungkan ke leher.
Seumur hidupku, baru kali ini aku mau bicara bebas dengan laki-laki selain suamiku dan atasanku. Tidak semua orang dapat bebas berbicara denganku. Aku termasuk tipe orang yang memilih dalam mencari lawan bicara sehingga tidak heran jika aku dicap sombong oleh sebagian orang yang kurang aku kenal. Bagaimanapun, dengan Pak Bambang aku bicara apa adanya, ceplas ceplos. Mungkin karena kami telah saling mengenal dan juga aku merasa membutuhkan tenaganya di pulau ini.
Tanpa terasa, telah lama kami bermain catur hingga jam menunjukan pukul 10 malam. Di luar rupanya telah turun hujan deras diiringi petir yang bersahut-sahutan. Kami pun mengakhiri permainan catur kami. Aku lalu membersihkan mukaku ke belakang.
“Pak, kita ngopi dulu, yuk..? Biar nggak bosan dan ngantuk,” kataku menawarinya.
Di pulau saat itu penduduknya telah pada tidur dan yang terdengar hanya suara hujan dan petir. Setelah menghabiskan kopinya, Pak Bambang minta izin pulang karena hari telah larut. Aku tidak sampai hati sebab cuaca tidak memungkinkan ia pulang. Rumahnya pun cukup jauh. Lagi pula aku kuatir jika nanti ia tersambar petir .
Lalu aku tawarkan agar ia tidur di ruang tamuku saja. Akhirnya ia menerima tawaranku. Aku memberinya sebuah bantal dan selimut karena cuaca sangat dingin saat itu.
Tiba-tiba, lampu mati. Aku sempat kaget, untunglah Pak Bambang punya korek api dan membantuku mencari lampu minyak di ruang tengah. Lampu kami hidupkan. Satu untuk kamarku dan yang satu lagi untuk ruang tamu tempat Pak Bambang tidur.
Aku lalu minta diri untuk lebih dulu tidur sebab aku merasa capai. Aku lalu tidur di kamar sementara di luar hujan turun dengan derasnya seolah pulau ini akan tenggelam.
Aku berusaha untuk tidur namun ternyata tidak bisa. Ada rasa khawatir yang tidak aku ketahui sebab petir berbunyi begitu kerasnya hingga akhirnya aku putuskan ke ruang tamu saja. Hitung-hitung memancing kantuk dengan ngobrol bareng Pak Bambang. Rasa khawatirku jadi berkurang sebab aku merasa ada yang melindungi.
Sesampainya di ruang tamu, aku lihat Pak Bambang masih berbaring namun matanya belum tidur. Ia kaget, disangkanya aku telah tidur. Aku lalu duduk di depannya dan bilang nggak bisa tidur. Ia cuma tersenyum dan bilang mungkin aku ingat suamiku. Padahal saat itu aku masih sebal dengan kelakuan suamiku. Tanpa sengaja kucurahkan kekesalanku. Aku tahu, mestinya aku tidak boleh bilang suasana hatiku saat itu pada Pak Bambang namun entah mengapa kata-kata itu meluncur begitu saja.
Dengan cara bijaksana dan kebapakan ia nasehati aku yang belum merasakan asam garam perkawinan. Dalam suasana temaram cahaya lampu saat itu aku tidak menyadari kapan Pak Bambang pindah duduk kesampingku. Aku kurang tahu kenapa aku membiarkannya meraih jemariku yang masih melingkar cincin berlian perkawinanku dan merebahkan kepalaku didadanya. Aku merasa terlindungi dan merasa ada yang menampung beban pikiranku selama ini.
Pak Bambang pun membelai rambutku seolah aku adalah istrinya. Bibirnya terus bergerak ke balik telingaku dan menghembuskan nafasnya yang hangat. Aku terlena dan membiarkannya berbuat seperti itu. Perlahan ia mulai menciumi telingaku. Aku mulai terangsang ketika ia terus melakukannya dengan lembut. Bibirnya pun terus bergeser sedikit demi sedikit ke bibirku. Saat kedua bibir kami bertemu, seperti ada aliran listrik yang mengaliri sekujur tubuhku.
Aku seperti terhipnotis. Aku seperti tak peduli bahwa yang mencumbuku saat itu adalah orang lain. Mungkin aku telah salah langkah dan salah menilai orang. Jelas bahwa Pak Bambang sama sekali tak merasa sungkan memperlakukanku seperti itu. Seolah-olah ia telah menyimpan hasrat yang mendalam terhadap diriku selama ini. Malam ini adalah kesempatan yang telah ditunggu-tunggunya… Anehnya, aku seperti tak kuasa menahan sepak terjangnya. Padahal yang pantas berbuat itu terhadapku hanyalah suamiku tercinta. Sepertinya telah tertutup mata hatiku oleh nafsu dan gairahku yang juga menuntut pelampiasan.
Pak Bambang pun mengulum bibirku beberapa saat. Aku pun membalasnya sambil menutup kedua mataku menikmatinya. Tangannya juga tidak mau tinggal diam dengan terus merabai buah dadaku yang terbungkus BH dan kaos tidur itu.
Aku lalu dibimbingnya ke kamar tidur dan direbahkannya di ranjang yang biasa aku gunakan untuk bercinta dengan suamiku, namun kini yang berada di sini, di sampingku bukanlah suamiku melainkan seorang laki-laki tukang ojek sepantaran ayahku yang notabene tidak pantas untukku.
Aku telah terlarut dalam gairah yang menghentak. Aku tahu akan terjadi sesuatu yang terlarang di antara kami berdua. Itulah yang menyihirku dan, entah bagaimana caranya, membuat aku memasrahkan diriku pada laki-laki ini. Pak Bambang menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Sedang lampu di luar telah ia matikan tadi.
Aku diam saja menanti apa yang akan diperbuatnya padaku. Padahal selama ini aku tidak sekali pun memberi hati jika ada laki-laki lain yang iseng merabaku dan mencolekku. Aku termasuk wanita yang menjunjung tinggi kesucian dan kehormatan sesuai dengan yang selalu diajarkan orang tua dan agamaku.
Sekarang semua itu musnah oleh keangkuhanku sendiri. Aku terbaring tak berdaya. Pak Bambang mulai melepaskan pakaianku satu persatu, mulai dari kaosku lalu celana panjang dan akhirnya bra dan celana dalam kremku terlempar ke bawah lantai.
Aku hanya memejamkan mataku. Aku pun semakin buta oleh nafsuku yang mulai menggebu-gebu merasuki jiwa dan tubuhku. Bahkan sepertinya aku tak sabar menanti tindakan Pak Bambang selanjutnya.
Selesai menelanjangi aku, ia pun melepaskan pakaiannya hingga lapis terakhir. Aku berdebar-debar karena kini kami sudah sama-sama bugil. Kuperhatikan tubuhnya yang hitam. Meskipun sudah tua namun ototnya masih ada. Ada gambar tattoo tengkorak di lengannya. Aku rasa dia adalah laki-laki yang keras dan jarang ada kelembutan. Itu aku ketahui saat ia mulai merabaiku dan menelanjangiku.
Aku tersentak ketika Ia mulai memelukku dan menciumiku dari leher hingga belahan dadaku dengan kasar. Rabaan tangannya yang kasar membuatku tak hanya kesakitan, melainkan juga terangsang. Suamiku jika merabaiku cukup hati-hati. Nyata perbedaannya dengan Pak Bambang yang keras wataknya. Tampaknya ia sudah lama tidak berhubungan badan dengan wanita, maka akulah yang menjadi sarana pelampiasan nafsunya. Aku merasa tak kuasa apa pun atas tindakannya.
Spontan air mataku terasa menetes karena tersirat penyesalan telah menodai perkawinanku, namun percuma saja. Sekarang semuanya sudah terlambat. Pak Bambang semakin asyik dengan tindakannya. Tiap jengkal tubuhku dijamahnya tanpa terlewatkan seinci pun. Kekuatan Pak Bambang telah menguasai diriku. Aku membiarkan saja ia terus merangsangi diriku. Tubuhku pun berkeringat tidak tahan dan geli bercampur gairah.
Lalu mulutnya turun ke selangkanganku. Ia sibakkan kedua kakiku yang putih bersih itu. Di situ lidahnya bermain menjilati klitorisku. Kepalaku miring ke kiri dan ke kanan menahan gejolak yang melandaku. Peganganku hanya kain sprei yang aku tarik karena desakan itu. Kedua kakiku pun menerjang dan menghentak tidak tahan atas gairah yang melandaku.
Beberapa menit kemudian aku orgasme dan mulutnya menelan air orgasmeku itu. Badanku lemas tak bertenaga. Mataku pun terpejam.
Lalu aku kembali dibangkitkan oleh Pak Bambang dengan meciumi balik telingaku hingga liang kehormatanku. Di sana jarinya ia masukkan dan mulai mengacak-acak liang kewanitaanku lalu mempermainkan celahnya.
Aku semakin sadar jika Pak Bambang telah lama merencanakan ini. Bisa jadi telah lama ia berobsesi untuk meniduriku karena sama sekali tak nampak keraguan dalam seluruh tindakannya mencabuliku. Berarti ia memang telah berencana melanggar amanat suamiku dan menguasaiku.
Akupun akhirnya orgasme untuk yang kedua kalinya oleh tangan Pak Bambang. Badanku telah basah oleh keringat kami berdua. Aku benar-benar merasa lemas.
Pak Bambang lalu minta izin padaku untuk memasukkan penisnya ke lubang kehormatanku. Aku menggeleng tidak setuju sebab aku tahu konsekuensinya. Liang kehormatanku akan tercemar oleh cairan laki-laki lain. Aku merasa terlalu jauh berkhianat pada suamiku. Bagiku cukuplah tindakannya tadi dan tidak usah diteruskan lagi hingga penetrasi.
Ia pun mau menerima pendapatku. Akan tetapi, aku bisa melihat ada rasa kecewa di matanya. Aku bisa bayangkan dirinya yang telah terobsesi untuk menyenggamaiku. Aku lihat penisnya telah siap memasuki diriku jika aku izinkan. Panjangnya melebihi milik suamiku dan agak bengkok dengan diameter yang melebar.
Pak Bambang minta aku untuk membantunya klimaks dengan mengulum penisnya. Aku kembali menggeleng karena aku dan suamiku selama ini tidak pernah melakukan oral sex baik suami kepadaku dan juga sebaliknya meskipun kami selalu menjaga kebersihan wilayah sensitif kami. Pak Bambang terus memohon sebab ia merasa tersiksa karena belum klimaks.
Lama-kelamaan aku merasa kasihan juga. Tidak adil rasanya bagiku yang telah dibantunya sampai dua kali orgasme untuk membiarkannya seperti itu.
Akhirnya aku beranikan diri mengulumnya. Dengan sedikit jijik aku buka mulutku, namun tidak muat seluruhnya dan hanya sampai batangnya saja. Mulutku serasa mau robek karena besarnya penis Pak Bambang. Baru beberapa kali kulum aku serasa mual dan mau muntah oleh aroma kelamin Pak Bambang itu. Aku maklum saja karena ia kurang bersih dan seperti kebiasaan laki-laki Batak, penisnya tidak ia sunat hingga membuatnya agak kotor. Mungkin juga disebabkan oleh makanan yang tidak beraturan.
Satu menit, dua menit… lima menit berlalu…. Entah berapa lama lagi setelah itu aku mengulumi penis Pak Bambang sampai basah dan bersih oleh air liurku… Aku lalu menyerah dan melepaskan penis Pak Bambang dari mulutku. Aku heran Pak Bambang ini sampai sekian lama kok tidak juga klimaks. Aku salut akan staminanya. Aku juga salut atas sikapnya yang menghargai wanita dengan tidak memaksakan kehendak. Padahal dalam keadaan seperti ini, aku bisa saja dipaksanya namun tidak ia lakukan.
Aku merasa bersalah pada diriku dan ingin membantunya saat itu juga. Di dalam pikiranku berperang antara birahi dan moral. Akhirnya, kupikir sudah terlanjur basah. Di samping itu, aku tidak ingin menambah masalah antara aku dan Pak Bambang. Jika aku larang terus nantinya Pak Bambang bisa saja memperkosaku. Seorang laki-laki yang telah berbirahi di ubun-ubun sering bertindak nekad dan lagi pula aku sendirian.
Akhirnya, dengan pertimbangan demi kebaikan kami berdua, maka aku izinkan dia melakukan penetrasi ke dalam rahimku.
“Hmmm… Pak Bambang…. Begini deh… Kalau Bapak memang benar-benar mau mencampuri saya… Boleh, Pak….”
Pak Bambang pun tampaknya gembira sekali. Padahal tadi sempat kulihat wajahnya tegang sekali.
“Ibu benar-benar ikhlas…?” tanya Pak Bambang menatap dalam-dalam mataku dengan penuh birahi. Tangannya membelai rambutku. Aku membalas tatapannya sambil tersenyum, lalu mengangguk dengan pasti.
Pak Bambang mencium dan mengulum bibirku dalam-dalam… Seolah menyatakan rasa terima kasihnya atas kesediaanku. Setelah dilepaskannya pagutannya dari mulutku, kami pun berpandangan dan saling tersenyum…
Aku lalu berbaring dan membuka kedua pahaku memberinya jalan memasuki rahimku. Tubuh kami berdua saat itu telah sama-sama berkeringat dan rambutku telah kusut. Dari temaran lampu dinding aku lihat Pak Bambang bersiap-siap mengarahkan penisnya. Posisinya pas diatas tubuhku. Tubuhnya telah basah oleh keringat hingga membuat badannya hitam berkilat. Tampaknya ia masih berusaha menahan untuk ejakulasi. Di luar saat ini hujan pun seakan tidak mau kalah oleh gelombang nafsu kami berdua.

Pak Bambang dengan hati-hati menempelkan kepala penisnya. Ia tahu jika tergesa-gesa akan membuatku kesakitan sebab punyaku masih kecil dan belum pernah melahirkan.
Aku pun berusaha memperlebar kedua pahaku supaya mudah dimasuki kejantanan Pak Bambang sebab aku melihat kejantanannya panjang dan agak bengkok jadi aku bersiap-siap agar aku jangan kesakitan.
“Pelan-pelan ya, Pak…” Aku sempat bilang kepadanya untuk jangan cepat-cepat.
Dengan bertahap, ia mulai memasukan penisnya. Aku memejamkan mata dan merasakan sentuhan pertemuan kemaluan kami.
Untuk melancarkan jalannya, kakiku ia angkat hingga melilit badannya, lalu langsung penisnya masuk ke rahimku dengan lambat. Aku terkejut dan merasakan ngilu di bibir rahimku.
“Auuch… ooh.. auuch…” Aku meracau kesakitan. Pak Bambang membungkam mulutku dengan mulutnya. Kedua tubuh bugil kami pun sepenuhnya bertemu dan menempel.
Tidak lama kemudian seluruh penisnya masuk ke rahimku dan ia mulai melakukan gerak maju mundur. Aku merasakan tulangku bagai lolos, sama seperti saat aku dan suamiku melakukan hubungan intim pertama kalinya dan kuserahkan kegadisanku padanya di malam pengantin dulu.

Tidak lama kemudian aku merasakan kenikmatan. Mulut pak Bambang pun lepas dari mulutku karena aku tidak kesakitan lagi. Aku tersengal-sengal setelah selama beberapa waktu mulutku disumpalnya. Kekuatan laki-laki ini amat membuatku salut, sampai membuat ranjangku dan badanku bergetar semua seperti kapal yang terserang badai.
Kurang lebih 15 menit kemudian Pak Bambang gerakannya bertambah cepat dan tubuhnya menegang hebat. Aku merasakan di dalam rahimku basah oleh cairan hangat.
Tubuhnya lalu rebah diatas tubuhku tanpa melepaskan penisnya dari dalam rahimku. Aku pun dari tadi telah sempat kembali orgasme. Kami pun tertidur sementara diluar hujan masih saja turun. Butiran keringat kami membuat basah sprei yang kusut di sana-sini.

Saat itu tidak ada lagi batas diantara kami, namun aku merasa telah berdosa kepada suamiku. Hingga tengah malam Pak Bambang pun kembali menggauliku sepuasnya dan akupun tidak merasa segan lagi karena kami tidak lagi merasa asing satu sama lain. Aku pun tidak merasa jijik lagi jika melakukan oral sex dengan Pak Bambang.
Bagi seorang wanita seperti diriku, sangat sulit rasanya untuk melepaskan diri dari kejadian ini. Penyesalan pun tiada gunanya. Aku yang di luarnya tampak keras, berwibawa dan kadang sombong, semuanya menjadi tiada arti lagi saat seorang laki-laki seperti Pak Bambang telah berhasil menggauliku. Kehormatan dan perkawinan yang aku junjung pun luntur sudah, namun apa lagi yang bisa kuperbuat… Pak Bambang pun kini telah merasa jadi pemenang dengan kemampuannya menaklukkanku hingga aku tidak berdaya. Aku semakin tidak berdaya jika ia telah berada di dalam kamarku, untuk bersebadan dengannya.

Aku merasa telah terperdaya oleh gelombang gairah yang dipancarkan oleh Pak Bambang. Sangat aneh bagiku jika Pak Bambang yang seusia dengan ayahku ini masih mampu mengalahkanku dan membuatku orgasme berkali-kali tidak seperti suamiku yang hanya bisa membuatku orgasme sekali saja. Begitu juga aku.
Kuakui aku mendapatkan pengalaman baru dan mengaburkan pendapatku selama ini bahwa laki-laki paro baya akan hilang keperkasaannya. Selama kami berhubungan badan aku sempat bertanya padanya bagaimana ia bisa sekuat itu.
Pak Bambang pun bercerita bahwa ia sering mengkonsumsi makanan khas Batak berupa sup anjing yang menurutnya dapat menjaga dan menambah vitalitas pria.
Aku bergidik jijik dan mau muntah mendengarnya. Aku jadi ingat, pantas saja saat bersebadan dengannya bau keringatnya lain. Juga saat aku mengulum kemaluannya terasa panas dan amis.Rupanya selama ini Pak Bambang sering memakan makanan yang di agamaku diharamkan.

Pernah suatu kali aku kurang enak badan padahal Pak Bambang ngotot ingin mengajakku untuk bersetubuh. Aku pun dibelikannya makanan berupa sate. Saat aku santap, rasanya sedikit aneh. Setelah makan beberapa tusuk, aku merasakan tubuhku panas dan badanku seakan fit kembali. Setelah sate itu aku habiskan, kami pun melakukan persetubuhan dengan amat panas dan bergairah hingga aku mengalami orgasme sampai tiga kali. Tubuhku seakan segar bugar kembali dan enak sekali.
Setelah persetubuhan, Pak Bambang bilang bahwa yang aku makan tadi adalah sate daging anjing. Aku marah dan ingin memuntahkannya karena jijik dan kotor. Hanya karena pandainya ia memberiku pengertian, ditambah sedikit rayuan, aku jadi bisa menerimanya. Bagaimanapun, aku memintanya untuk tidak mengulangi perbuatan itu lagi walaupun terus terang, aku pun mau tak mau harus mengakui khasiatnya… Ia pun berjanji untuk tidak mengulanginya lagi tanpa seizinku.

Selama aku bertugas di pulau itu hampir satu tahun, kami telah sering melakukan hubungan seks dengan sangat rapi. Tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Untungnya pula, akibat perbuatan kami ini aku tidak sampai hamil. Aku memang disiplin ber-KB supaya Pak Bambang bebas menumpahkan spermanya di rahimku.
Kapanpun, kami sering melakukannya. Kadang di rumahku, kadang di rumah Pak Bambang. Kadang kalau kupikir, alangkah bodohnya aku mau saja digauli di atas dipan kayu yang cuma beralaskan tikar usang. Bagaimamanapun, yang penting bagiku hasrat terpenuhi dan Pak Bambang pun bisa memberinya.
Pernah suatu hari setelah kami bersebadan di rumahnya, Pak Bambang minta kepadaku untuk mau hidup dengannya di pulau itu. Permintaan Pak Bambang ini tentu mengejutkanku, rasanya tidak mungkin sebab aku terikat perkawinan dengan suamiku dan aku pun tidak ingin menghancurkannya. Lagi pula Pak Bambang seusia dengan ayahku. Apa jadinya jika ayahku tahu. Rupanya Pak Bambang mulai mencintaiku sejak ia dengan bebas dapat menggauliku.

Di samping itu, keyakinan kami pun berbeda karena Pak Bambang seorang Protestan. Bagiku ini masalah baru. Memang, sejak berhubungan intim dengannya, aku tak lagi menjalankan agamaku dengan taat. Kebiasaan Pak Bambang menyantap daging anjing dan babi, juga menenggak tuak, sedikit demi sedikit ikut mempengaruhiku. Kadang aku ikut pula menikmati makanan seperti itu. Sekedar menemaninya dan sebagai wujud toleransiku padanya. Lagipula, khasiat itu semua terhadap gairah seks kami telah terbukti… Apapun, perbedaan agama itu tetap saja terasa menjadi ganjalan.
Pak Bambang pun pernah menanyakan padaku kenapa aku tidak hamil padahal setiap ia menyebadaniku spermanya selalu ia tumpahkan di dalam. Aku tidak memberitahunya jika aku ber-KB karena tidak ingin mengecewakannya. Jelas ia sebenarnya menginginkan aku hamil agar memuluskan langkahnya untuk memilikiku.

Aku harus menyiasatinya agar ia tidak lagi bermimpi untuk menikahiku. Sebenarnya bagiku hubungan ini hanyalah sebagai pelarianku dari kesepian selama jauh dari suamiku. Aku pun menjelaskannya kepada Pak Bambang dengan lembut dan baik-baik saat kami usai berhubungan badan.
Aku pun bilang jika kelak aku pindah kerja, ia harus rela hubungan ini putus. Selama aku dinas di pulau ini dan suamiku tidak ada, ia kuberi kebebasan untuk memilikiku dan menggauliku. Syaratnya, asal jangan berbuat macam-macam didepan teman-teman kantorku yang kebetulan hampir semuanya penduduk asli pulau ini.
Akhirnya ia mau mengerti dan menerima alasanku. Ia berjanji akan menutup rapat rahasia kami jika aku pindah. Ia pun menerima segala persyaratanku karena rasa cintanya padaku.

Selama aku tugas di pulau ini, Pak Bambang terus memberiku kenikmatan ragawi tanpa kenal batas antara kami. Bagiku cinta hanya untuk suamiku. Pak Bambang adalah terminal persinggahan yang harus aku singgahi. Dalam hatiku, aku berjanji untuk menutup rapat rahasia ini karena masih ada penyesalan dalam diriku. Kadang aku mengganggap diriku kotor dan telah merusak kesucian pernikahan kami. Bagaimanapun, mungkin ini memang tahapan kehidupan yang harus aku lewati…

Jumat, 13 September 2019

Tak Tahan Nafsu, ku Tiduri Dua Saudara Tiriku

 
Cerita Dewasa69 -  Pengalaman sex ku yang satu ini saya berharap kenalkan dahulu namaku Ben. Cerita Dewasa ini diawali, waktu saya SMA kelas 3, waktu itu saya baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini sebab tak bendung hidup menjanda lama-lama. Yang saya tak sangka-sangka rupanya ayah tiriku punya 2 buah hati cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi telah kuliah, namanya Riri
Semenjak Lusi layak sekali jikalau dihasilkan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah jikalau si Riri paling layak untuk iklan BH sama suplemen payudara. Aku pertama saya tinggal, saya senantiasa berangan-angan bahwa bisa mempunyai mereka, namun angan-angan itu senantiasa buyar oleh beragam hal. Dan siang ini kebetulan tak ada orang di rumah kecuali saya dengan Lusi, ini juga saya sedang kecapaian sebab baru pulang sekolah.

“Lus! entar jikalau ada perlu sama saya, saya ada di kamar,” teriakku dari kamar.

Jika mulai menyalakan komputerku dan sebab saya sedang suntuk, saya mulai dech surfing ke laman-laman porno kesayanganku, namun enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya ia berkeinginan tanya pembelajaran.

“Ben, kemaren kau udah nyatet Biologi belom, saya pinjem dong!” katanya dengan bunyi manja.

Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF melewati dunia maya, saya mengambilkan ia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.

“Lus..! nich bukunya, kemarenan saya udah nyatet,” kataku. Lusi tak memperhatikanku namun pun melihat film BF yang sedang di komputerku.

“Lus.. kau bengong aja!” kataku pura-pura tak tahu.

“Eh.. iya, Ben kau nyetel apa tuh! saya bilangin bonyok loh!” kata Lusi.

“Eeh.. kau barusan kan juga liat, saya tau kau menyenangi juga kan,” balas saya.

“Mending kita nonton sama-sama, hening aja saya tutup mulut kok,” ajakku berupaya mencari kans.

“Bener nich, kau kagak bilang?” katanya ragu.

“Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan ia bangku. Lusi mulai serius menonton tiap-tiap adegan, meskipun saya serius untuk terus menatap tubuhnya.

“Lus, sebelum ini kau pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.

“Pernah, noh saya punya VCD-nya,” jawabnya. Wah edan juga nich cewek, membisu-membisu badung juga.

“Tetapi ML?” tanyaku lagi.

“Belom,” katanya, “Melihat.. kalo sendiri sich sering kali.”

Wah makin berani saja saya, yang ada dalam pikiranku kini hanya ML sama ia. Bagaimana caranya si “Beni Junior” dapat puas, tak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku sirna. Tenang dadanya yang naik-turun sebab terstimulasi, saya jadi kian terstimulasi, dan batang kemaluanku malahan makin tambah tegang.

“Lus, kau terstimulasi yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.

"Iyah Betul Ben, Tunggu bentar yah. Wa mau ke kamar mandi dulu ya...," katany

“Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.

“Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.

“Pikiran kau jangan yang tak-tak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.

“Kamu aja, rumah kan lagi sepi, saya tutup mulut dech,” kataku memancing.

Dan rupanya tak dia gubris, pun terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok genitalianya, dan hal inilah yang membuatku tak menyerah. Kukejar terus ia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian segera kucium bibirnya. Sesaat dia menolak namun kemudian dia pasrah, pun merasakan tiap-tiap permainan lidahku.

“Pelan akan saya berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan mengecupnya.

Tangannya membuka pakaian sekolah yang masih kami kenakan dan juga dia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya amat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.
Tidak dia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya.

“Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya sesudah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku, “Yang penting kamu akan kupuaskan.”

Ia kusangka dia berani menarik penisku sambil berkecupan, dan pelan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. 

“Ben, kau tiduran dech, kita pake ’69′ berkeinginan tak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya.


Tidak mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, saya mulai mengecup-kecup vaginanya yang telah berair itu, dan bebauan kewanitaannya membuatku kian gigih untuk segera memainkan klitorisnya.

Ia lama sesudah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu saya menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Ia lama kemudian dia melepaskan emutannya.

“Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, saya berkeinginan keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. saya ke.. luar,” katanya beriringan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian ia lemas dan tiduran di sebelahku.

“Lus, sekali lagi yah, saya belum keluar nich,” pintaku.

“Bentar dahulu yach, saya lagi capek nich,” jelasnya. Jika tak peduli kata-katanya, kemudian saya mulai mendekati vaginanya.

“Lus, saya masukkin kini yach,” kataku sambil memasukkan penisku pelan-lahan.

Kelihatannya Lusi sedang tak sadarkan diri, ia cuma terpejam coba untuk beristirahat. Pelan Lusi masih sempit sekali, penisku dijadikan hanya membisu mematung di pintunya. Tidak kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan hasilnya sukses penisku masuk setengahnya, kaprah-kaprah 7 cm.

“Jangan Ben.. entar saya hamil!” katanya tanpa berontak.

“Jika udah mens belom?” tanyaku.

“Udah, baru kemaren, emang mengapa?” katanya.

Sambil saya masukkan penisku yang separo, saya jawab pertanyaannya, “Tetapi gitu kau kagak bakal hamil.”

“Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, perlahan-perlahan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak sedap.

“Kamu aja hanya sejenak kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berupaya memutar tubuhnya.

Tidak menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kupikir dia malahan mulai terstimulasi kembali, sebab kini dia menanggapi gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.

“Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.

“Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..”

“Aku aja, hanya sejenak kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.

"Ahh... Benn... pengen... ahh.. keluar... lagi Benn..." katanya.

“Tunggu sejenak yach, saya juga pengen nich,” balasku.

“Cepetan Ben, enggak bendung nich,” katanya kian menegang.

“A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”

“Jika juga Say..” kataku kian pesat menggenjot dan hasilnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya. Kucabut penisku dan saya memperhatikan seprei, apakah ada darahnya atau tak? namun tenyata tak.

“Lus kau enggak perawan yach,” tanyaku.

“Iya Ben, dahulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.

“Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.””Oh hening aja saya dapat diandalkan kok, asal lain kali kau berkeinginan lagi.”

“Siapa sih yang dapat nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.

Aku ketika itu setidaknya seminggu sekali saya senantiasa melaksanakan ML dengan Lusi, sesekali saya yang memang sedang berharap atau sesekali juga Lusi yang sering kali ketagihan, yang asyik hingga ketika ini kami senantiasa bermain di rumah tanpa ada seorang malahan yang tahu, kadang tengah malam saya ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga ketika siang pulang sekolah jikalau tak ada orang di rumah.

Terbukti ini kelihatannya Lusi lagi berharap, semenjak di sekolah dia terus menggodaku, pun dia sempat membisikkan keinginannya untuk ML siang ini di rumah, namun malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tidak jadi melaksanakan ini. Jika menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan dia mengiyakan saja, katanya asal dapat ML denganku hari ini dia berdasarkan saja kemauanku.

Aku hingga malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton perlombaan bola di Aku, dan saya malahan tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, namun malang pun saya yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, saya sedang dikelitiki sesuatu dan berupaya saya bendung, namun kemudian sesuatu menindihku tetapi saya sesak aku dan kemudian terbangun.

“Lusi! apa Ayah telah tidur?” tanyaku memperhatikan rupanya Lusi yang menindihiku dengan terbukti telanjang.

“kau mulai badung Ben, dari tadi saya tunggu kau, kau tak datang-datang juga. kau tau, kini telah jam dua, dan ayah sudah tidur semenjak jam satu tadi,” katanya mesra sambil sejak penisku sebab rupanya celana pendekku dan CD-ku sudah dibukanya.

“Yang badung tuh kau, Bukannya permisi atau bangunin saya kek,” kataku.

“kau tak sadar yach, kau kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil kau penisku.

“Jika emut yach.”

Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa aku menghisap dan kelaparan.

“Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”

“Jika udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.

“Mending seperti aku, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama lazim,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.

Jika mulai menjilat-jilat vaginanya yang sudah berair sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang kian keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.

“Aach.. achh..” desahnya kian kutemukan klitorisnya.\\\"

“Ben! kau pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”

“kau juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi.

“Ben, kali ini kita tak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.

"Sekali saja ya tembaknya, hmm...," katanya sembari merasakan jilalatanku di vaginanya.

“Melihat Ben saya.. ma.. u.. keluar nich! hhmmm...  aghhh...” katanya sembari vaginannya mengeluarkan cairan.

“Kayaknya kau kau dua kali dech!” kataku sambil wajib posisi.

“Ya udah dech, namun kini kau masukin yach,” katanya lagi.

“Bersiaplah akan saya masukkan ini kini,” kataku sambil kini penisku ke vaginanya.

“Siap-siap yach!”

“Ayo dech,” katanya.

“Ach.. a.. ahh..” desahnya kian kumasukkan penisku.

“Bendung-perlahan dong!”

“Inikan udah perlahan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang.

“Lus, kau udah terstimulasi lagi belon?” tanyaku.

"Sabar Ben...," katanya sembari menggoyangkan pinggulnya untuk berirama denganku dan memintaku menciumnya.

“Sambil menciumnya dong Ben!”

Tanpa bercinta dua kali saya segera mncumbunya, dan saya betul-betul merasakan permainan lidahnya yang kian kian.

“Lus kau udah punya pacar belom?" tanyaku.

"Kalau sudah ada, mending putus saja," kataku.

"Ben, pacarku mah gak ngerti soal sex," jawabnya.

“Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.

"Iya.. Bener.. hmm.. kok... Ben... Ahh...,' katanya sambil mendesah.

“Aku aja, atau kau berkeinginan udahan?” kataku mau.

“Jangan udahan dong, saya baru kau bikin terstimulasi lagi, kan kagak lazim jikalau udahan, achh.. aa.. ahh.. saya percepat yach Ben,” katanya.

Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.

“Jika udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya saya bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku telah mengumpul di ujung.

“Achh.. ach.. bentar lagi nih.”

“Ok Ben!” katanya dengan langsung keluarkan kontolku dari vaginanya dan mengisapnya dengan mulutnya sambil mainkan klitorisnya.

“Jika juga Ben, aku saya cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.

Sembari mengisap kontolku, Lus memintaku memainkan klitorisnya dan saya menuruti permintaanya.

"Achh.... achhh... achhhh..." desahku sembari memenuhi mulut Lus dengan spermaku

“Jika juga Ben..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.

“Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.

“Jika tidur di sini yach, nanti bangunin saya jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.

Kamu jam lima pagi saya bangun dan membangunkanya, kemudian dia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, aku juga dengan saya. Yang aneh siang ini tak seperti tak Lusi tak pulang bersamaku sebab dia ada les privat, meskipun di rumah hanya ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang hanya Mbak Riri di rumah semacam ini menggunakan ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.

“Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.

“Lusi lagi les, katanya bakal pulang kaos,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”

“Jika pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.

“Ben, tadi malam kau teriak sendirian di kamar ada apa?" tanya Mbak Riri. Saya langsung berkeringat, Waduh, semalam Mbak Riri kayaknya dengar desahan Lusi/

“Ach tak kok, hanya ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.

“Ben! Temeninku nonton VCD ya, biar sik,” katanya dari kamarnya.

“Bentar!” kataku sembari jalan ke tempatnya, “Mana Film yang mau ditonton Mbak? tanyaku saat sudah sampai dikamarnya.

“Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.

“Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.

“Mbak, lagi nungguin kau kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”

“Loh inikan..?” kataku memperhatikan film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku sebab memperhatikan dia mendekatiku. Kemudian dia mulai mengecup bibirku.

“Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Jika berkeinginan enggak ngelayanin saya, saya lebih pengalaman dech dari Lusi.” Wah pergi satu datang lagi satu, sungguh luar biasa.

“Mbak, saya kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, meskipun tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.

“Jika pinter dech, namun sayang kau badung, pinter cari bandel,” katanya menghentikan kesempatan dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.

“Mbak berkeinginan ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.

"Gak sabar lagi ya? pakaianku kubuka dulu terus kamu nyusul ya," kata Mbak Riri.

Jika juga tidak berkeinginan mau, saya mulai membuka bajuku hingga pada hasilnya kami berdua telanjang bulat.

“Tubuh Mbak hasilnya banget,” kataku melihat tubuhnya dari atas hingga ujung kaki, benar-benar tak ada cacat, putih mulus dan sekal.

Tidak segera mencumbuku dan tangan kanannya sejak penisku, dan kini ke vaginanya sambil berdiri.

“Jika udah enggak bendung Ben,” katanya.

Kupegang kontolku dengan tangan kananku sementara tangan kiriku memainkan vaginannya.

“Nanti dahulu ach, beginikan lebih asik.”

“Ach.. kau badung Ben! pantes si Lusi berkeinginan,” katanya mesra.

“Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar bunyi Lusi memanggil dari luar.

“Hari ini guru lesnya tak masuk jadi saya dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.

"Kita lagi pesta nih Lus, masuk saja," jawab Mbak Riri.

“Mbak! Entar jikalau Lusi tau gimana?” tanyaku.

"Jangan panggilku Mbak lagi Ben, panggil saja Riri," jawabnya dan saat itulah saya lihat Lusi tiba-tiba melepaskan pakaiannya setelah masuk ke kamar.

“Rir, saya aku yach!” pinta Lusi sambil memainkan vaginanya.

“Ben kau kuat nggak?” tanya Riri.

“Kamu aja saya kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terstimulasi,” kataku.

“Lus cepet sinih emut ‘Ben Junior’,” ajakku.

Tanpa menolak Lusi segera datang mengemut penisku.

“Mending kita tiduran, biar saya dapet vaginamu,” kataku pada Riri.

“Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi. Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap Miss V Lusi yang sedang mengemut penisku.

“Lus, saya maenin vaginamu,” katanya.

Tanpa menunggu jawaban dari Lusi dia segera bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama hingga hasilnya Riri menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. saya keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.

“Aku ganti Lusi yach,” kataku. Kemudian saya bangun dan kini penisku ke vaginanya dan masuk pelan-lahan.

“Ach.. aach..” desah Lusi.

“Jika curang, Lusi kau masukin, kok saya tak?” katanya.

“Abis kau keluar duluan, namun hening aja, nanti abis Lusi keluar kau saya masukin, yang penting kau kau dirimu sendiri,” kataku.

“Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi. Kupercepat goyanganku, dan ia mengimbanginya juga.

“Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, saya.. berkeinginan keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tidak berdaya.

“Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri yang sudah mengangkang dan menungguku menjebolkannya.

“Jika udah terstimulasi lagi.” Tanpa menunggu lama saya segera mencoblosnya dan mencumbunya.

“Gimana lazim penisku ini?” tanyaku.

“Penis kau kepanjangan,” katanya, “namun lazim!”.

“Kayaknya kamu nggak lama lagi dech,” kataku.

"Saya juga sudah gak tahan lagi. Kita bareng-bareng keluarin ya," katanya.

“Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.

“Aahhh... ahhh... dalem aja... hmm...” katanya sambil mendesah.

“Jika.. keluar.. ach.. achh.. ahh..tembakk.. dalem...” desahku sambil menembakkan spermaku.

"Ahh... Ahhh... saya juga... hmmm..." katanya sambil tegang dan mengeluarkan cairan dari vaginanya.

Jika kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada ketika saat.

“Ben saya mandi dahulu yach, udah kaos nich.”

“Jika juga ach,” kataku.

“Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri.

“Dapat bisa, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi.

“Kapan aja kalian berkeinginan saya siap,” kataku.

“Tetapi gitu kalian jangan mandi dahulu, kita main lagi yuk!” kata Riri mulai sejak penisku.

Jika kami main lagi hingga malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya hingga pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering kali bermain ketika saat seperti ini, kadang tengah malam cuma dengan Riri atau cuma Lusi. Oh bapak tiri, rupanya kecuali harta banyak, kau juga punya dua buah hati yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.