Saya Di Perkosa Ayah Sendiri
Cerita Dewasa69 - Saya dan istriku tidak pernah mempunyai apa yang anda umum ucap dengan kehidupan seks yang menarik. Ketika kami menjalankan seks, lazimnya cuma dalam posisi yang wajar saja. Ritme kehidupan seks kami yang boleh kukatakan membosankan itulah, saya mulai berkhayal seputar ‘hal dan orang lain’. Untuk bahan fantasiku, saya membiasakan menonton film porno di malam hari sesudah segala orang di rumah tidur.
Yang mengejutkanku, kebanyakan film porno itu senantiasa melibatkan seorang gadis muda. Dalam umur kepala tiga, saya tidak pernah memikirkan wanita yang lebih muda hingga saya menyaksikan film-film itu. Saya sadar seandainya rupanya gadis-gadis muda sangatlah panas.
Hal lain yang menarik perhatianku ialah kenyataan seandainya permainan lesbian sungguh-sungguh populer. Saya mulai berminat dengan gadis muda yang mencumbui organ intim wanita gadis muda lainnya yang lembut, berair, dan lazimnya tidak berbulu.
Memperhatikan film-film itu untuk berkhayal mulai merubah kehidupanku. Saya memiliki tiga orang si kecil gadis yang beranjak remaja. Saya mulai mengamati mereka, kulihat metode mereka berpakaian, metode jalannya, dan seluruh tingkah laku mereka. Mereka menjadi obsesiku sendiri! Kuamati lebih mendetail dikala mereka bangun pagi untuk mengamati putingnya yang mengeras di balik baju tidur mereka. Kunikmati puting mereka yang terayun dikala mereka berjalan-jalan dalam rumah. Saya terus melihat mereka hingga semuanya beranjak menjadi seorang gadis muda yang total.
Yang tertua ialah Irma. Ia memiliki puting yang paling besar, branya mungkin D-cup atau lebih besar. Ia hakekatnya tidak terlalu indah, namun sedap dilihat. Saya yakin sahabat-sahabat cowoknya banyak yang mengamati dadanya. Irma juga mempunya bokong yang cepat dan besar. Namun meski ia yang paling tua di antara saudara-saudaranya, ia kerap berperilaku seperti gadis berusia separo umurnya.
Yang paling muda Tia. Tia mungkin yang paling indah di antara ketiganya. Masalahnya ialah ia pemalas, cuma duduk dan tidak melakukan apa bahkan sepanjang waktu. Jadi bokongnya menjadi melebar..? Putingnya baru mulai tumbuh. Dan di samping itu ia tomboy, saya jadi mempertanyakan ragam kelaminnya. Ia lebih menyenangi berada di antara cowok ketimbang cewek.
Eva yang di tengah, di antara si kecil-anakku, wujud tubuhnya lah yang terbagus. Bagiku, ia memiliki tubuh dalam fantasiku. Ia mempunyai tubuh yang total dengan bra B-cupnya, atau C-cup kecil. Rambutnya yang panjang sampai via bahunya, dan matanya senantiasa kelihatan memikat. Masalahnya ia yang paling badung. Senantiasa membikin keadaan sulit. Ia juga sadar seandainya ia punya tubuh yang baik dan senantiasa menggunakan baju yang menampakkan hal itu. Di antara si kecil-anakku, Eva lah yang jadi bahan fantasi utamaku. Tiap-tiap kali saya menyetubuhi istriku, Eva lah yang ada dalam benakku!
Kisah ini berawal dengan Irma dan sahabatnya Cindy. Cindy setahun lebih muda, namun mereka sungguh-sungguh akrab. Cindy senantiasa menginap di rumah kami setidaknya sekali sebulan. Cindy sungguh-sungguh kurus, dadanya kecil, namun sungguh-sungguh manis.
Suatu malam dikala Cindy menginap, saya mulai mengamati film porno seperti umum. Suaranya kumatikan jadi saya bisa mendengar seandainya ada orang yang mendekat. Lagipula saya dengar bunyi bising dari kamar Irma. Kurasa mereka sedang sibuk dengan urusan gadis remaja dan begadang hingga pagi ngomongin seputar cowok dan sekolah, atau apa saja yang menjadi urusan gadis seusia mereka. Entah bagaimana bunyi yang kudengar tidak lagi seperti orang yang sedang ngobrol. Kadang kudengar bunyi erangan.. Yang lama-lama cukup keras juga.
Saya mendekat ke pintu kamar Irma dan lebih memperdengarkan apa yang tengah terjadi. Dan benar! Itu bunyi erangan dan cukup bising! Apabila saja pintunya tidak tertutup pasti kedengaran hingga luar dengan terang. Lalu saya dengar teriakan kenikmatan.
Kudorong pintunya sedikit terbuka. Setelah yang kulihat didalam sungguh-sungguh mengejutkanku. Cindy dan Irma terbaring di lantai dengan Tia diantara mereka. Kepala Cindy berada diantara paha Irma dan kepala Tia ada di jeda paha Irma..
Aku mataku bisa menyesuaikan dengan kegelapan kamar itu, kulihat dada Irma bergerak naik turun dengan pesat sebab napasnya. Putingnya rupanya lebih besar dari yang kubayangkan. Tangannya memelintir putingnya sendiri dikala Cindy menjilati kelentitnya dan dua jarinya yang terbenam pada organ intim wanita Irma. Mata Irma terpejam dalam kenikmatan yang dikasih Cindy.
Saya terus mengamati mereka sampai paha Irma mencengkeram kepala Cindy dan kelihatan sepertinya ia akan ‘menyelesaikan’ putingnya sendiri dikala ia menerima orgasmenya pada wajah Cindy. Kelihatannya Cindy juga sudah orgasme dalam waktu yang sama, sebab ia mengangkatkan kepalanya dari paha Irma dengan cairan organ intim wanita yang menetes jatuh di pipinya seiring dengan tubuhnya yang mengejang dan kudengar sebuah hardikan keluar dari bibirnya. Saya kaget mundur dikala kurasakan ada tubuh yang menekan punggungku. Ketika kutengok, kulihat Eva sedang berdiri di depanku. Eva memandangku dengan mata menawannya dan bertanya..
“Setelah Papa menikmatinya?” lalu ia mengamati ke bawah dan meremas penisku yang telah keras.
“Aku perlu dijawab, saya dapat lihat dan kupikir Papa menikmatinya.”
“Aku Papa tidak lepas saja celana Papa dan bergabung dengan kami?” tanyanya beriringan dengan tangannya yang bergerak masuk dalam celanaku dan mulai meremas penisku dengan perlahan.
Dan sepertinya saya tidak mengharapkan hal lain kecuali ikut serta bergabung dengan si kecil-anakku, namun..
“Papa nggak dapat, Mama kalian akan membunuh Papa.” Saya dengar bunyi Irma dikala saya mulai menjauhi mereka.
“Papa nggak tahu apa yang Papa lewatkan!”
Sedihnya, saya tahu apa yang sudah kulewatkan. Saya sudah melewatkan peluang untuk menerima tidak cuma satu, namun empat gadis muda yang panas. Fantasiku hampir saja jadi riil.
Saya pergi ke kamarku dan terbaring disamping isteriku. Dia dikala saya dan isteriku menjalankan kekerabatan seks terasa hambar. Mengamati ini dikala saya merangkak ke atas tubuhnya, kusetubuhi ia dengan keras dan pesat. Saya keluar dalam sebagian menit saja, baru saja kukeluarkan penisku..
“Bagaimana denganku?” kudengar isteriku bertanya dan mengendalikan penisku yang masih keras.
Ia bergerak naik di atasku dan seketika memasukkan kembali penisku dalam vaginanya. Ini pertama kalinya ia berinisiatif. Dan kurasa ini juga pertama kalinya ia di atas. Isteriku bergerak naik turun dan bisa kurasakan tangannya yang mempermainkan kelentitnya dikala ia bergerak diatasku.
Memperhatikan isteriku yang berupaya meraih orgasmenya membuatku terstimulasi kembali. Kuremas payudarnya, kubayangkan yang berada dalam genggamanku ialah milik Irma. Kupelintir putingnya diantara jariku, keras dan lebih keras lagi, tidak mungkin menghentikan saya. Ia menggelinjang kegelian, tangannya kian menekan kelentitnya. Ini pertama kalinya kurasakan cairan organ intim wanita isteriku menyemprot padaku. Orgasmenya kali ini terhebat dari yang pernah didapatkannya. Saya jadi berdaya upaya apa ia benar-benar puas dengan kehidupan seks kami sebelumnya.
Isteriku mulai melemah. Saya belum keluar kali ini, jadi kugulingkan tubuhnya kesamping dan seketika menindihnya. Harus kuhisap putingnya dengan bernafsu. Kusetubuhi ia dengan tenaga yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Saya mulai menikmati orgasmeku akan seketika meledak. Ketika puncakku kian dekat, kugigit putingnya sedikit lebih keras, yang membawanya pada orgasmenya. Dan dikala kurasakan dinding vaginanya berkontraksi pada penisku, kutembakkan spermaku jauh didalam tubuhnya untuk kedua kalinya dalam tiga puluh menit ini. Kuturunkan tubuhku dari atasnya.
“Tadi sungguh hebat” kata isteriku.
“Kenapa kau lebih kerap seperti tadi.”
Ketika saya bangun keesokan harinya, isteriku telah tidak ada di sampingku. Tiba-tiba kejadian tadi malam kembali terbayang. Kututup mataku dan kugerak tanganku kebawah untuk mengocok penisku yang tegang keras. Saya hampir saja menerima orgasmeku dikala kudengar..
“Aku Papa tidak membolehkan kami saja yang menjalankan untuk Papa?”
Kubuka mataku seketika dan kaget dikala mengamati Irma dan Cindy berdiri di pintu kamarku. Orgasmeku tidak bisa kucegah seiring dengan bayang-bayang wajah Cindy yang belepotan dengan cairannya Irma yang melintas di benakku.
“Ups, telat!” kata Irma dikala mereka meninggalkan kamar.
Saya seketika bangkit dan seketika mandi. Saya hampir selesai mandi dikala tiba-tiba isteriku membuka pintu kamar mandi dan menyelinap masuk.
“Dia-si kecil telah pergi. Ayo bersenang-bersuka ria.”
Isteriku bertinggu di depanku dan menghisap penisku yang loyo ke dalam mulutnya. Penisku mulai membesar dalam mulutnya sebab stimulan lidahnya yang bergerak liar. Penisku semakin membesar dan bisa kurasakan sperma yang keluar dari kepala penisku di dalam mulutnya. Ia tidak menariknya keluar dan bibirnya kian ditekankan ke rambut kemaluanku. Lalu kurasakan ia mulai menelan, gerakan tenggorokannya serasa ombak hangat yang berair pada penisku. Dan hal ini pertama kalinya bagi kami juga. Rasanya sungguh dahsyat, sesuatu yang belum pernah kualami. Isteriku memiliki keahlian yang disembunyikan dariku.
Dia-perlahan dikeluarkannya penisku dari tenggorokannya lalu dimasukkannya lagi seluruhnya. Ia menatapku dengan penisku yang terkubur dalam mulutnya dan dengan perlahan dikeluarkannya lagi.
“Dia menyukainya sayang?” tanyanya.
Sebelum saya bisa menjawabnya ia menjalankan hal itu lagi, menelanku seluruhnya. Ia mulai menggerakkanya keluar masuk dalam mulutnya, dan konsisten memandangku dikala ia menjalankan itu. Isteriku mulai menaikkan temponya sampai saya tidak bisa membendungnya lebih lama lagi dikala tiba-tiba ia stop..
“Hei, hei, tunggu dahulu bung. Belum waktunya. Lubangku yang lain perlu disusupi, tahu.” katanya.
Isteriku berdiri dan berputar. Ia membungkuk di depanku, merapatkan bokongnya padaku. Penisku terjepit di lubang duburnya karenanya kuarahkan pada vaginanya.
“Siapa suruh mengalihkan senjatamu?” tanyanya.
“Kembalikan ke daerah semula!”
Ia meraihnya dan lalu mengembalikan penisku ke duburnya, sesuatu yang pernah kulakukan sebelumnya, namun tak dengannya. Dia-perlahan ia menyokong bokongnya ke belakang. Kulihat barangku jadi bengkok sebab tekanan itu, kepala penisku mulai membelah lubang duburnya, namun belum masuk. Kemudian tiba-tiba masuk seperti itu saja, cuma kepalanya saja.
Ia mengerang. Lalu, ia terus menekan ke belakang dan mengamati saya memasukkan batang penisku seluruhnya. Saya tidak bisa menolak stimulan ini, kuraih pinggangnya dan menyokong lebih keras lagi untuk menentukan saya sudah memasukinya seutuhnya. Kuputar pinggangku, menentukan ia bisa menikmati tiap mili senjataku didalamnya, saya kagum akan panorama penisku yang terkubur dalam lubang duburnya. Lalu pelan saya bergerak mundur.
Ketika hampir seluruhnya keluar kemudian kutekan lagi ke depan. Tidak saya benar-benar keluarkan penisku dan menggodanya, mengoleskan kepalanya saja pada lubang duburnya. Lalu benar-benar kusingkirkan menjauh dan melesakkan batang penisku kembali kedalam lubang duburnya. Saya bergerak maju mundur dengan pesat. Dia, pesat, perlahan dan keras. Aku terlalu lama orgasmeku mulai naik. Ia pasti bisa merasakannya sebab ia mulai memainkan tangannya pada vaginanya, berupaya untuk meraih orgasmenya sendiri. Untung saja ia mendapatkannya sebelum saya.
Ketika kurasakan orgasmenya seketika meledak, saya bergerak kian liar. Hasilnya bergoyang dalam tiap hentakan. Ia mulai mengerang dengan keras seiring hentakanku terhadapnya. Aku kuhentikan gerakanku dikala orgasme merengkuhnya, milikku seketika datang! Kudorong diriku sejauh yang kubisa dan membolehkan spermaku bersarang dalam lubang duburnya. Isteriku berteriak dikala orgasme datang padanya secara berkesinambungan seiring ledakan spermaku yang kuberikan padanya. TV, saya selesai, namun ia menerima orgasme sekali lagi dikala kepala penisku keluar dari jepitan lubang duburnya.
Isteriku membersihkan tubuhku lalu mendorongku keluar dari kamar mandi. Saya melangkah ke kamar kami dan berganti baju. Baru saja saya selesai menggunakan baju dikala isteriku keluar dari kamar mandi dan timbul dalam kamar.
“Tadi benar-benar cantik” katanya.
“Mungkin kita seharusnya mengulanginya lagi nanti. Aku keluarlah dan nonton Minggu.”
Dia-anakku, tanpa Cindy pulang tidak lama kemudian. Semuanya berperilaku normal. Saya lihat aku bola, dan mereka menjalankan apa yang umum mereka kerjakan di hari Aku minggu.
Sisa seminggu itu normal-normal saja. Gadis-gadis pergi ke sekolah dan Isteriku pergi kerja seperti lazimnya. Aku ada seorangpun yang bicara atau menanyakan seputar kejadian biasa lalu. Isteriku terlalu letih minggu malamnya sepulang ia kerja. Dia-anakku juga bersikap seperti tidak pernah terjadi apa saja. Saya jadi mulai berdaya upaya apakah itu cuma khayalanku atau saya aku seputar itu?
Ketika saya pulang kerja di hari Jum’at, si kecil-anaku anak ijinku apa sahabatnya boleh menginap nanti malam. Cindy sahabatnya menghabiskan kembali akhir minggunya bersama kami dan Eva sahabatnya sahabatnya Ami bermalam juga. Saya menyenangi Ami. Ia anggun. Apabila saja saya masih remaja, saya pasti akan mengajaknya kencan. Ia, seperti Eva, mempunyai sosok total. Bedanya Ami mempunyai wajah yang bisa membuatnya dengan dapat jadi seorang gampang seandainya ia dia.
Malam harinya semuanya pergi tidur lebih berkeinginan. Mereka benar-benar sahabatnya lepas dari rutinitas hariannya, berkeinginan itu sekolah atau kerja. Ketika kami bangun hari Sabtunya, segala orang memintaku untuk mengadakan pesta kebun. Aku, isteriku mengajak mereka segala pergi ke seluruh untuk belanja. Saya beristirahat aku kemudian pergi mandi. Ada kerjaan menungguku dikala mereka pulang nanti.
Ketika mereka walhasil pulang, sepertinya mereka memborong segala barang-barang di seluruh. Saya bilang pada mereka seandainya cuma saya saja yang memasak pasti tidak akan selesai. Melainkan kacau jadinya. TV mereka bersedia berbagi tugas. Dengan segala belanjaan yang mereka borong, seluruh hampir dua jam untuk memasaknya. Badanku bau asap dan terasa sungguh-sungguh letih. Ketika saya masuk kedalam rumah, tidak ada seorangpun di ruang keluarga tak dapur.
“Hey! Dimana kalian?” teriakku, “Saatnya makan!”
“Ya!” kudengar jawaban dari kamar Irma. Namun tidak ada seorangpun yang datang untuk makan.
“Hey, kalian sedang apa sih? Setelah nggak ada yang dia makan?” tanyaku berkeinginan.
“Ada!” kembali cuma jawaban yang kudengar dari kamar Irma.
Saya mendekat ke kamar Irma dan rupanya pintunya sedikit terbuka. Ketika saya menengok kedalam, kulihat para gadis dengan aku posisi tanpa baju. Kudorong pintunya pakaian lebih terbuka.
“Setelah yang kalian lakukan?”
“Masih tunggu Papa.” kata Eva yang lalu mendekat untuk menarik tangan pakaianku.
“Kami membolehkan Papa biasa kemarin, namun akhir namun ini Papa tidak akan bisa lolos dengan dapat.”
“Aku Papa bilang. Mama kalian akan membunuhku!” tangkisku.
“Dapat, saya tidak akan tak!” kudengar bunyi isteriku dikala kulihat ia mengangkat kepalanya di antara paha Irma.
“Gadis-gadis ini menginginkanmu! Melainkan apa saya menolak mereka?”
Eva menarik tanganku ke tengah kamar. Baru kemudian saya sadar seandainya ia tidak mengenakan selembar benangpun. Kupandangi tubuhnya. Setelah yang kusaksikan ini jauh lebih berkeinginan dari yang kubayangkan. Payudaranya besar namun cepat dengan putingnya yang menunggu untuk seketika dihisap.
“Melainkan apa saya menolak mereka?” pikirku dikala saya rendahkan tubuhku dan mulai menghisap puting itu.
Kurasakan puting Eva membesar dalam mulutku, lalu kutaruh diantara gigiku dan mulai menggigitnya perlahan. Ketika saya sedang sibuk dengan itu kurasakan ada tangan yang menarik turun resletingku. Tangannya lalu masuk ke dalam celana dalamku dan dikeluarkannya penisku. Saya mengamati ke bawah dan kudapati Ami sedang melihat penisku ke mulutnya dan seketika saja dihisapnya. Kutelusuri lekuk tubuh Irma dengan tanganku hingga pada vaginanya yang tidak berbulu, dan menyelipkan jariku padanya. Saat kurasakan kehangatan dalam vaginanya dan berair dikala jariki kutekankan masuk dengan perlahan. Saya berusah untuk aku lebih dalam lagi, namun terasa ada yang namun gerakanku. Eva memandangku..
“Ya, Eva masih perawan, dan jari Papa ialah benda pertama yang adalah organ intim wanita Eva. Eva ingin penis Papa menjadi yang kedua.” kataku yang kemudian membungkuk untuk mencium bibir Eva.
Sementara itu, Ami masih mengoralku. Usahanya terang terang padaku. Saya mengamati kebawah, kepalanya bergerak maju mundur pada batang penisku. Saya tidak sahabatnya mengeluarkan berkeinginan pertamaku dalam mulut Ami air mani ada meskipun lainnya. Dapat perawan Eva dihadapanku. Aku kukeluarkan penisku dari mulut Ami.
“Kita bisa melanjutkannya nanti.” kataku padanya.
Kudorong Eva ke daerah tidur, menindihnya dengan lembut. Kucium ia lagi lalu ciumanku bergerak ke sekujur tubuh telanjangnya. Kujilati lehernya, dan kutinggalkan bekas disana pakaian ia mengingat kejadian cantik ini nantinya. Kemudian saya bergerak ke dadanya, menghisapi putingnya. Ini mengakibatkan sebagian lenguhan keluar dari mulutnya. Ketika kugigit lembut putingnya dan punggungnya terangkat sedikit keatas sebab kaget. Lalu turun ke perutnya sampai walhasil bermuara pada vaginanya yang tidak berbulu.
Kupandangi aku lalu kubenamkan hidungku pada celahnya. Dapat yang keluar dari vaginanya kian membuatku mabuk. Ketika kugantikan hidungku dengan lidah, saat jadi jauh lebih berkeinginan lagi. Ketika ujung lidahku menikmati untuk pertama kalinya hampir saja membuatku orgasme! Eva sudah berair dan siap untuk aksi basah. Penisku membesar dan keras cuma dengan membayangkan apa yang seketika menantiku didepan wajahku ini.
Saya lalu mencium bibirnya lagi sambil kepala penisku mengeluarkan sperma keperawanannya. Eva mengalungkan lengannya dileherku dan menjepit pinggangku dengan kakinya dikala saya berupaya untuk memasukinya lebih dalam lagi. Saat kurasakan kehangatan yang menyambut kepala penisku. Saya tidak bisa membendungnya lebih lama. Eva sungguh-sungguh panas, berair dan rapat!
Dia perlahan pasti kutingkatkan tekananku pada vaginanya. Saat kurasakan bibirnya melebar menyambutku, ke-basahannya mengundangku masuk. Kehangatan vaginanya membungkus kepala penisku dikala saya menyeruak masuk. Saya terus menekan kedalam dengan perlahan meski saya sahabatnya seketika melesakkannya kedalam dengan pesat kencang batang penisku. TV bisa kurasakan dinding keperawanannya, batas walhasil sebagai seorang gadis untuk menjadi seorang wanita seutuhnya. Kupandangi ia dia di mata.
“Sayang, ini akan sedikit sakit, namun Papa namun sakitnya cuma hanya saja.” kurasakan kakinya menjepit pinggangku lebih rapat dikala saya merobek pertahanan walhasil. TV jebol juga dinding itu.
“Aargh! Aku! Sakit, Pa!” katanya dengan mata yang gila-kaca. Vaginanya mencengkeram batang penisku, ototnya bereaksi pada bercermin dan rasa sakit.
“Aku sayang, sakitnya akan seketika segera.” dan kuteruskan menekan ke dalam hingga walhasil terbenam segala di dalamnya. Saya aku aku, sebentar untuk membiarkannya.
“Gimana? Udah baikan?” tanyaku. Ia anggukkan kepalanya.
“Saya cuma merasa penuh, rasanya aneh. Namun juga terasa sedap sedap.”
Saya mulai menarik dengan perlahan, cuma sebagian inchi, dan kemudian aku lagi dengan lembut. Saya aku menyakitinya, namun dalam waktu yang sama saya tidak sahabatnya seketika menembakkan spermaku. Saya sahabatnya berkeinginan rasa vaginanya selama mungkin. ia mulai bisa menikmatinya, kepalanya mendongak ke atas dan matanya terpejam.
Kupercepat kocokanku, menariknya hampir keluar dan menekannya masuk kembali dengan perlahan, berkeinginan rasa sempit vaginanya pada penisku. Eva mulai memutar pinggulnya seiring hentakanku. Tempo dan nafsu kami kian meningkat pesat. Kurendahkan tubuhku dan aku lehernya dan bahunya. gerakan tubuh kami mengantarku kian dekat pada batas akhir.
“Ya Pa! Ya! Rasanya Eva hampir hingga!”
“Papa juga sayang!” Dan kulesakkan ke dalamnya untuk yang terakhir kali. Menekan berlawanan arah dengannya mencoba sedalam mungkin dikala kuledakkan berkeinginan semprotan demi semprotan kedalam vaginanya. Saat kurasakan cairan kami bercampur dan meleleh keluar dari vaginanya menuju ke buah zakarku.
Tubuh Eva bergetar di bawahku, tangan dan kakinya mendorongku merapat padanya. Dia kutarik dan kudorong lagi kian dalam padanya dikala persediaan spermaku walhasil benar-benar kosong. Kutatap matanya lalu alhasil.
“Eva, ini ialah seks terbaik yang pernah Papa adalah.” saya lupa seandainya kami tidak sendirian dikamar ini.
“Saya dengar itu!” kata isteriku.
“Kita akan lihat apa kita dapat merubah anggapanmu itu!”
0 komentar:
Posting Komentar